Mohon tunggu...
Fajar
Fajar Mohon Tunggu... Supir - PEZIARAH DI BUMI PINJAMAN

menulis jika ada waktu luang

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Menelusuri Lorong Jiwa di Kepekatan Malam

15 Mei 2012   16:50 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:15 667
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_177354" align="aligncenter" width="587" caption="Daripada Mengutuki Kegelapan, Mendingan Jadilah Sebatang Lilin (Dok.Pribadi)"][/caption]

Banyak orang mengidentikan malam dengan gelap. Gelap berarti hitam. Hitam berarti jahat. Namun Putih menjadi bernama karena ada gelap yang melatarinya. Gelap-terang, hitam-putih, siang-malam bagian dari dua sisi dari satu mata uang kehidupan yang terkadang tidak perlu ngoyo untuk diperangi, tetapi diterima sebagai sebuah harmoni. Bayangkan kalau semuanya putih...jenuh pastinya. Banyak orang juga selalu mengutuk kegelapan tetapi lupa mau menjadi sekedar sebatang lilin untuk menerangi suasana gelap yang ada di sekitarnya. Sibuk mengeritik ketidakbecusan sosial yang baginya adalah duta sang kegelapan, dan lupa bahwa ketika ia tidak menjadi cahaya, ia juga adalah duta kegelapan. Daripada sibuk mempersoalkan kegelapan, ambil saja sebatang lilin atau jadilah sebuah lampu untuk menerangi kegelapan di sekitarnya.

[caption id="attachment_177343" align="aligncenter" width="525" caption="Jadilah Sebuah Lampu yang Memancarkan Binar-binar Cahaya bagi Lingkungan Sekitar (Dok.Pribadi)"]

13370985712052013196
13370985712052013196
[/caption]

Banyak juga yang mengidentikan malam dengan "saat" terang bagi jiwa. Setelah seharian, tubuh beraktivitas, malam menjadi kesempatan bagi jiwa merangkai puzle-puzle kehidupan untuk menjadi sebuah mosaik bagi hari esok. Malam merupakan moment introspeksi. Duduk diam mendengarkan "suara malam" menjadi musik peneduh jiwa yang seharian berkelana mencari makan (hahaha kehabisan ide..).

[caption id="attachment_177346" align="aligncenter" width="486" caption="Malam: Saat Rehat Bagi Jiwa dalam Keheningan (Dok.Pribadi)"]

13370990161301196075
13370990161301196075
[/caption] Jika hidupmu terasa pekat dan pahit, jangan pernah pikiran dan hatimu ikut tawar. Karena masih ada pagi, masih ada terang di ujung malam ini. Yakinlah bahwa di saat malam menyelimuti, pasti ada berkas cahaya yang dihadirkan oleh orang-orang di sekitarmu, siapa pun mereka itu. Mereka akan menjadi sebatang lilin untuk menerangi jiwamu yang gelap. Mereka akan menjadi buku yang mencairkan otakmu yang kusut dan beku. Pasti ada jalan keluar terbaik di saat kegelapan hidup menghampirimu. [caption id="attachment_177353" align="aligncenter" width="540" caption="Menjadi seberkas Cahaya dan Buku Yang Terbuka bagi Sesama (Dok.Pribadi)"]
13371044392023044883
13371044392023044883
[/caption]

Malam menjadi momentum terindah untuk menelusuri lorong-lorong jiwa menuju perjumpaan dengan Sang Ilahi yang terkadang masih samar-samar berupa cahaya yang berkedap-kedip di ujung lorong. Setitik cahaya di ujung lorong jiwa dapat menuntun jiwamu untuk mendekati dan bersatu dengan Dia.

[caption id="attachment_177384" align="aligncenter" width="525" caption="Lorong Jiwa: Terang dan Gelap Silih Berganti (Dok.Pribadi)"]

13371326501089827840
13371326501089827840
[/caption] Di akhir peziarahanmu, ada dia yang menantimu selalu dan siap menuntunmu menuju Sang Terang Sejati bagi kehidupan. [caption id="attachment_177357" align="aligncenter" width="437" caption="Renya Rosari (Dok.Pribadi)"]
13371065241554846790
13371065241554846790
[/caption] Dan  Terang yang awal mulanya hanya berpendar-pendar akan kian jelas ketika sampai di ujung peziarahan hidupmu. Dia akan semakin jelas dan tampak. Saatnya menikmati "visio beatifica", saat memandang Sang Terang dari wajah ke wajah dalam tatapan abadi yang membahagiakan. [caption id="attachment_177351" align="aligncenter" width="486" caption="Menikmati Visio Beativica: Diantar dari terang ke terang (Dok.Pribadi)"]
13371009991538901258
13371009991538901258
[/caption]

"Malam sesungguhnya adalah saat berahmat bagi jiwa yang haus akan Allah yang hidup dan bukan Allah yang mati dalam konsep, kata, dan dogma."

[caption id="attachment_177356" align="aligncenter" width="583" caption="Bonus (dok.pribadi)"]

1337106362675437739
1337106362675437739
[/caption]

Foto Malam Hari yang Lainnya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun