Menyusuri Sungai Embaloh di Kala Banjir (Dok.Pribadi)
Judul di atas mungkin bagi sebagian sahabat yang kebetulan mampir di lapak ini merasa aneh: "bencana kog, dijadikan wisata." Namun bagi sebagian besar orang Dayak yang umumnya mendiami bantaran Sungai, sejauh yang saya kenal selama ini, menganggap banjir bukan bencana, melainkan dinamika alam yang mesti diterima sebagai berkat.
Mungkin apa yang saya katakan di atas tidak begitu saja meyakinkan pembaca, apalagi pembaca dari Jakarta yang selama ini mengalami banjir sebagai bencana tahunan Ibu Kota. Karena itu, nikmati saja cuplikan-cuplikan gambar perjalanan saya menyusuri Sungai Embaloh yang sedang banjir menuju sebuah kampung terisolir (jalan darat) di bagian hilir Sungai Embaloh, Kecamatan Embaloh Hulu, Kalbar beberapa waktu lalu.
Sebagai berkat karena jika banjir, maka debit air sungai bertambah dan transportasi sungai menjadi mudah. Speedboat atau sampan yang dimotori oleh mesin 15-40 Pk dapat meluncur di sungai dengan nyaman. Meskipun harus waspada, karena Sungai yang meluap biasanya juga membawa potongan-potongan kayu dari hulu sungai. Dari sebab itu, kita akan menjumpai seorang "juru batu" yang duduk di haluan sampan untuk mengawasi kalau-kalau ada kayu yang hanyut di depannya. Dia akan memberi kode/isyarat tertentu dengan tangannya kepada motoris (sebutan untuk nahkodanya) agar mengangkat mesin tempel sampai kayu atau tumpukan sampah terlewati. Tujuannya agar  kipas atau baling-baling penggerak sampan tidak ngadat.
Seorang motoris bertugas mengendalikan mesin dan arah sampan sesuai dengan petunjuk "juru batu" alias navigator di atas. Bahasa isyarat dari Sang Navigator mesti dipatuhi oleh Sang Motoris jika ingin sampan tidak karam. Apabila sampan karam, maka agak sulit menyelamatkan diri karena arus Sungai Embaloh sangat deras. Karena itu, terkadang seorang motoris yang baik, berdiri sewaktu-waktu, jika bahasa isyarat dari Sang Navigator kurang dipahami.
[caption id="attachment_175573" align="aligncenter" width="554" caption="Motoris Sampan Bermesin Tempel di Buritan (Dok.Pribadi)"]
Banjir yang melancarkan transportasi ini, dapat membuat kita menempuh perjalanan menyusuri Sungai Embaloh yang masih tampak asri dengan hutan-hutan alamnya yang sedap dipandang dan menentramkan jiwa.
Di sepanjang Sungai Embaloh akan kita jumpai barisan pohon-pohon yang tumbuh secara alami namun sepertinya teratur oleh campur tangan manusia. Hal ini semakin menambah daya pikat bagi kita yang memang suka akan wisata alam nan permai dan alami.
Atau nikmati juga Panorama alami secara vertikal dan horizontal di sisi kanan sampan yang kutumpangi di bawah ini. Di sana, tampak pepohonan alami yang bertumbuh subur dan teratur seperti ditanam oleh tangan-tangan manusia.
[caption id="attachment_175598" align="aligncenter" width="545" caption="Barisan Pohon Bahan Kayu Lapis (Dok.Pribadi)"]
Mendekati perkampungan, kita akan berbelok cukup tajam. Sejak belokan tajam tersebut, pemandangan alami sebelumnya akan berganti dengan panorama persawahan rawa-rawa milik penduduk yang umumnya dikerjakan di tepian Sungai. Â Biasanya persawahan rawa ini amat subur, ketika banjir Sungai Embaloh akan membawa humus dari hulu sungai dan mengendap di wilah ini. Inilah salah satu berkat adanya banjir bagi orang Dayak Tamambaloh yang mendiami wilayah hilir sungai. Bajir yang membawa endapan lumpur/humus inilah yang membuat tanah persawahan dan perladangan mereka menjadi lebih subur.
Memasuki perkampungan Ulak Pauk, Sampan tidak perlu ditambatkan di lanting (dermaga mini multifungsi yang dari batang-batang pohon yang dirakitkan), melainkan bisa langsung memasuki lorong-lorong perkampungan. Luapan banjir Sungai Embaloh biasanya akan merendam kampung-kampung. Ini juga Menjadi salah satu berkahnya bagi mereka. Karena tidak perlu memikul bawaan yang berat dari atas lanting di tepi sungai ke rumah mereka masing-masing.
Suasana yang akan kita jumpai dari orang-orang kampung adalah suka cita. Anak-anak maupun orang dewasa tetap melakukan aktivitas mereka masing-masing dengan menggunakan sampan yang dikayuh. Saat banjir, yang tampak lebih ceria adalah anak-anak. Mereka bisa mencoba mengemudikan sampan ukuran kecil milik orang tua mereka.
Lalu bagaimana dengan binatang-binatang peliharaan penduduk yang biasanya berkeliaran di jalanan kampung ketika tidak banjir. Masing-masing sibuk menyelamatkan diri, mencari tempat yang aman untuk sementara sampai airnya surut.
Demikianlah wisata banjir yang saya alami ketika menyusuri Sungai Embaloh. Sebagian besar penduduk yang diam di bantaran Sungai Embaloh adalah Dayak Tamambaloh. Jika ada yang berminat menjelajahi wilayah ini, ya monggo, penduduknya sangat ramah dan tulus menerima siapa pun asal mempunyai maksud baik.
Weekly Photo Challenge: Garis
Berikut ini adalah artikel-artikel foto yang lain:
- Kampret: Belajar Menggambar Garis
- Sisi Lain Jakarta dalam Sebuah Garis
- WPC 3 ; Si Ular Besi Nasib-mu Kini
- WPC 3 : Kesederhanaan Pematang Sawah
- WPC 3: Harmoni Garis dalam Rumah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H