Mohon tunggu...
Fajar
Fajar Mohon Tunggu... Supir - PEZIARAH DI BUMI PINJAMAN

menulis jika ada waktu luang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Anak Kampung Lebih Kreatif dan Bahagia dalam Hidup Dibandingkan Anak Kota

19 April 2012   08:19 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:26 1915
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

1334797128264562702
1334797128264562702
Anak Dayak Pedalaman Bermain Layangan Buatan Sendiri Bersama Teman-teman (Dok. Pribadi)

Permainan bola kertas. Bola kertas sebenarnya adalah bola kaki yang dianyam sendiri. Bahannya juga dari limbah kertas, kantong kresek, dan tali rafia atau tali hutan. Biasanya kertas-kertas bekas yang dibuang guru dan murid di tempat sampah sekolah tidak akan sampai dibakar. Setelah jam sekolah, anak-anak yang hobinya bermain bola kaki akan berebutan mengumpulkan kertas bekas di tempat sampah. Kertas-kertas ini akan digumpal-gumpal, dibentuk melingkar, dipadatkan dan dijadikan bulat, dan dilapisi beberapa kantong kresek di bagian luarnya membentuk sebuah bola. Setelah gumpalan kertas dan kresek sudah jadi, mereka akan menganyamkan tali rafia atau tali hutan di sekeliling bola tersebut dengan mengikuti motif kotak-kotak pada si kulit bundar asli. Biasanya waktu yang dibutuhkan untuk menganyam bola kaki kertas ini tidak terlalu lama.

Setelah bolanya jadi, mereka akan membentuk dua klub bola kaki dari teman-teman sebaya dan mulai berlaga di lapangan. Untuk lapangan tidak perlu di tengah perkambungan, di pematang sawah dan di pekarangan rumah orang tua salah satu anak-anak yang cukup luas pun, jadilah. Aroma keceriaan dan kompetisi seperti laga-laga profesional akan terbaca di sana, ketika kita menyaksikan permainan mereka. Biasanya ada taruhan berupa hukuman push up atau sit up bagi grup yang kebobolan. Jumlah hukumannya tergantung kesepakatan sebelum permainan.

[caption id="attachment_172479" align="aligncenter" width="518" caption="Dalam Kesederhanaan Kami Tetap Ingin Melihat Dunia Luar Melalui Buku dan Majalah(Dok.Pribadi)"]

13348012331515502155
13348012331515502155
[/caption]

Masih banyak permainan yang saya temukan di tengah anak-anak perkampungan pedalaman yang menuntut kreativitas anak-anak untuk membuatnya. Selain itu, semua jenis permainan yang mereka ciptakan jarang sekali untuk dimainkan sendirian. Mereka selalu menciptakan permainan yang sedapat mungkin melibatkan teman-teman sebaya dalam memainkannya.

Dari pengalaman ini, saya harus mengakui betapa miskinnya anak-anak kota dalam hal kreativitas. Karena kebanyakan anak-anak kota apalagi dari keluarga berada membeli mainan-mainan jadi yang dijual di toko dan pasar. Dan betapa miskinnya hati anak-anak kota dalam hal relasi sosial informal di luar jam sekolah dengan teman-teman sebaya karena kebanyakan jenis permainan mereka sangat individual misalnya: robot, mobil-mobil dan motor-motor balap, apalagi game virtual yang dimainkan jemarinya melalui media layar tv atau komputer. Karena itu, berbahagialah kamu anak-anak desa yang kaya akan kreativitas dan kaya akan relasi sosial dengan teman-teman sebayamu.

[caption id="attachment_172471" align="aligncenter" width="525" caption="Kami Ingin Terbang Tinggi Seperti Layangan yang Mengudara (Dok. Pribadi)"]

13347981831556257078
13347981831556257078
[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun