Permainan bola kertas. Bola kertas sebenarnya adalah bola kaki yang dianyam sendiri. Bahannya juga dari limbah kertas, kantong kresek, dan tali rafia atau tali hutan. Biasanya kertas-kertas bekas yang dibuang guru dan murid di tempat sampah sekolah tidak akan sampai dibakar. Setelah jam sekolah, anak-anak yang hobinya bermain bola kaki akan berebutan mengumpulkan kertas bekas di tempat sampah. Kertas-kertas ini akan digumpal-gumpal, dibentuk melingkar, dipadatkan dan dijadikan bulat, dan dilapisi beberapa kantong kresek di bagian luarnya membentuk sebuah bola. Setelah gumpalan kertas dan kresek sudah jadi, mereka akan menganyamkan tali rafia atau tali hutan di sekeliling bola tersebut dengan mengikuti motif kotak-kotak pada si kulit bundar asli. Biasanya waktu yang dibutuhkan untuk menganyam bola kaki kertas ini tidak terlalu lama.
Setelah bolanya jadi, mereka akan membentuk dua klub bola kaki dari teman-teman sebaya dan mulai berlaga di lapangan. Untuk lapangan tidak perlu di tengah perkambungan, di pematang sawah dan di pekarangan rumah orang tua salah satu anak-anak yang cukup luas pun, jadilah. Aroma keceriaan dan kompetisi seperti laga-laga profesional akan terbaca di sana, ketika kita menyaksikan permainan mereka. Biasanya ada taruhan berupa hukuman push up atau sit up bagi grup yang kebobolan. Jumlah hukumannya tergantung kesepakatan sebelum permainan.
[caption id="attachment_172479" align="aligncenter" width="518" caption="Dalam Kesederhanaan Kami Tetap Ingin Melihat Dunia Luar Melalui Buku dan Majalah(Dok.Pribadi)"]
Masih banyak permainan yang saya temukan di tengah anak-anak perkampungan pedalaman yang menuntut kreativitas anak-anak untuk membuatnya. Selain itu, semua jenis permainan yang mereka ciptakan jarang sekali untuk dimainkan sendirian. Mereka selalu menciptakan permainan yang sedapat mungkin melibatkan teman-teman sebaya dalam memainkannya.
Dari pengalaman ini, saya harus mengakui betapa miskinnya anak-anak kota dalam hal kreativitas. Karena kebanyakan anak-anak kota apalagi dari keluarga berada membeli mainan-mainan jadi yang dijual di toko dan pasar. Dan betapa miskinnya hati anak-anak kota dalam hal relasi sosial informal di luar jam sekolah dengan teman-teman sebaya karena kebanyakan jenis permainan mereka sangat individual misalnya: robot, mobil-mobil dan motor-motor balap, apalagi game virtual yang dimainkan jemarinya melalui media layar tv atau komputer. Karena itu, berbahagialah kamu anak-anak desa yang kaya akan kreativitas dan kaya akan relasi sosial dengan teman-teman sebayamu.
[caption id="attachment_172471" align="aligncenter" width="525" caption="Kami Ingin Terbang Tinggi Seperti Layangan yang Mengudara (Dok. Pribadi)"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H