Mohon tunggu...
Fajar
Fajar Mohon Tunggu... Supir - PEZIARAH DI BUMI PINJAMAN

menulis jika ada waktu luang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Tradisi Menyalakan Api Unggun Raksasa Pada Malam Pergantian Tahun

30 Desember 2011   16:30 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:33 731
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dua kali ini saya menyaksikan masyarakat di Embaloh Hulu merayakan malam pergantian tahun yang unik. Hampir di setiap Desa membangun sebuah api unggun raksasa secara bergotong-royong. Api unggun raksasa yang mereka bangun akan dinyalakan sesudah renungan pergantian tahun yang dibawakan oleh seorang pemimpin upacara pada pukul 00:00. Sesudah api unggun dinyalakan, renungan tahun baru dilanjutkan oleh pemimpin sebagai ajakan untuk menyambut tahun baru dengan semangat baru yang disimbolkan oleh api yang baru. Kemudian disusul dengan tarian kaum muda-mudi mengelilingi api unggun yang telah mulai bernyala sampai apinya membesar.

Acara yang menyusul sesudah api unggun membesar adalah makan bersama dalam suasana persaudaraan di sekitar api unggun, sambil bercerita, bersenda gurau dan menari bersama. Biasanya musik daerah akan dimainkan bergantian dengan musik-musik modern, sehingga semua rentang usia bisa menari dengan riang menyambut kedatangan tahun yang baru.

Untuk mempersiapkan kayu bakar dan membangun api unggun biasanya dilakukan secara bersama-sama oleh kaum pria selama 3 hari sebelum tanggal akhir tahun. Sedangkan kaum ibu dan gadis-gadis remaja menyiapkan aneka penganan dan minuman tradisional untuk dimakan dan diminum bersama. Suasana kekeluargaan dan persaudaraan sangat kental terasa sejak masa persiapan sampai dengan malam pergantian tahun. Semuanya pasti akan sangat menikmati panasnya api baru, tarian, dan aneka penganan yang disajikan.

Persaudaraan dan kekelurgaan sudah mulai tampak hari ini ketika kaum pria mengumpulkan kayu-kayu bakar dan membangun api unggun raksasa yang akan dipakai pada tanggal 31 Desember 2011 yang akan daatang. Hal ini tampak dalam salah satu lokasi api unggun yang dibangun sepanjang hari ini yang sempat saya abadikan di dalam gambar-gambar di bawah ini:

Mendirikan Tiang Utama Api Unggun

[caption id="attachment_152296" align="aligncenter" width="648" caption="Bergotong Royong Mendirikan Tiang Utama Api Unggun dengan Teknik Mendirikan Tiang Rumah Adat"][/caption] Menumpukkan Kayu-kayu Bulat di Sekitar Tiang Utama [caption id="attachment_152297" align="aligncenter" width="533" caption="Menumpukkan Kayu-kayu Bulat di Sekitar Tiang Utama"][/caption] Menaikkan Ban-ban Bekas ke Puncak Api Unggun sebagai Umpan Api [caption id="attachment_152299" align="aligncenter" width="683" caption="Menaikkan Ban-ban Bekas ke Puncak sebagai Pemancing Nyala Api"][/caption] Memasang Bendera/Umbul-umbul sebagai Hiasan [caption id="attachment_152301" align="aligncenter" width="683" caption="Umbul-umbul Dikibarkan"][/caption] Rehat Menikmati Segarnya Air Enau (Saguer) selepas Mendirikan Tumpukkan Kayu Perapian [caption id="attachment_152303" align="aligncenter" width="672" caption="Menikmati Segarnya Air Sadapan Pokok Enau di Samping Tumpukkan Kayu yang telah Dibangun"][/caption] Tumpukan Kayu Api Unggun telah Jadi dan Siap Dibakar pada Malam Pergantian Tahun 2011 [caption id="attachment_152304" align="aligncenter" width="663" caption="Tumpukkan Kayu Api Unggun telah Siap Dibakar, Warga pun Berkemas Kembali ke Rumahnya Masing-masing"][/caption]

Demikianlah, persiapan warga perbatasan menjelang malam pergantian tahun. Mereka akan menyambut tahun yang baru dengan semangat yang berkobar seperti api baru yang berkobar dari api unggun. Saya pun tidak sabar lagi menantikan malam pergantian tahun bersama mereka menikmati hangatnya api baru sembari menari dan berdendang ria bersama mereka. Suasana kekelurgaan, persaudaraan, dan kebersamaan dalam mengakhiri tahun dan menyambut tahun yang baru seperti inilah yang selalu akan saya rindukan.

API UNGGUN

Ciptaan: Dewi Linggasari

kusulut setumpuk kayu pada rindu yang menggumpal seakan batu lidah api berkobar, mengundang kembali hangat udara masa silam yang menghembus datang bersama wangi edelweiss dan gemersik angin malam : aku kembali di sini terhenyak dengan sekalian pendaki meninggalkan riuh kehidupan yang simpang siur dilahap segala kepentingan gigir gunung terdiam bersama hening dililit kabut, embun pun mengkristal pada hijua rumput dan ujung setiap daun

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun