Mohon tunggu...
Fajar
Fajar Mohon Tunggu... Supir - PEZIARAH DI BUMI PINJAMAN

menulis jika ada waktu luang

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Menggugat Positivisme Ilmu

14 Juni 2011   06:57 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:32 550
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anything goes sebenarnya merupakan salah satu dari beberapa inti pemikiran metodologi Feyerabend. Selain anything goes, prinsip kontra induksi (counter inductive) wajib dipertimbangkan sebagai sarana metodologi yang baru. Kontra induksi dimaksudkan untuk mengatasi masalah kesenjangan teori dan fakta akibat penerapan sistem induksi dengan instrumen verifikasi maupun falsifikasinya. Fakta-fakta yang terpinggirkan karena tidak memenuhi syarat-syarat dalam sistem induksi inilah yang oleh Feyerabend berusaha diakomodasi dan digunakan sebagai standard kritik dalam konsep kontra induksinya, tetap dengan tidak berusaha mengganti sistem induksi tersebut.

Prinsip kontra induksi ini yang kemudian bertautan dengan pandangan Feyerabend terhadap ketergantungan observasi pada teori (masih tetap dalam tema menyerang sistem induksi!). Observasi memang masih merupakan instrumen utama dalam memperoleh ilmu pengetahuan, tapi Feyerabend menolak klaim bahwa terdapat observasi murni (bare observation) yang menegasikan subyektivisme manusia. Pengamatan apapun oleh manusia akan sangat dipengaruhi oleh teori maupun konsep (theory-laden).

Prinsip lain yang diajukan merupakan prinsip ketidaksepadanan dalam melihat (menggunakan sudut pandang yang berbeda-beda). Ketidakcocokan dan inkonsistensi antara teori satu dengan teori yang lain (misalnya dalam fisika) dalam beberapa kajian keilmuan sudah dianggap lumrah, dan tentu membuka jalan untuk semakin menyebarkan pandangan-pandangan pluralis mengenai keilmuan. Feyerabend bahkan secara tegas menyangkal metode falsifikasi Popper. Falsifikasi Popperian sendiri mengasumsikan bahwa setiap teori keilmuan harus selalu difalsifikasi untuk mencapai sebuah teori yang lebih sempurna. Di sini Feyerabend memunculkan arus pluralis, bukannya memfalsifikasi, tapi terus memacu perkembangan teori-teori keilmuan baru dan terus mempertahankannya. Aneka ragam pendapat sangat diperlukan dalam mencapai pengetahuan yang obyektif.”

Sudah jelas solusi apa yang diungkapkan oleh Feyerabend dalam mencapai perkembangan keilmuan, lagi-lagi anything goes. Daripada menganut suatu bentuk metodologi tunggal dalam mengembangkan keilmuan (positivis), munculnya metode maupun metodologi keilmuan yang berbeda untuk ikut berkontestasi dalam mengembangkan suatu disiplin keilmuan dirasa lebih berguna. Konsekuensinya, apapun hipotesis maupun teori yang digunakan, baik itu rasional maupun yang paling tidak masuk akal, harus diakui sebagai sebuah bagian dari metodologi keilmuan.

Kesimpulan

Dari beberapa uraian diatas bisa diambil kesimpulan bahwa kedua Filsuf mempunya visi dan pandangan yang sama untuk menciptakan ilmu – ilmu baru namun perbedaannya terletak pada cara mendapatkan atau menciptakan ilmu – ilmu baru tersebut. Jika kita setuju dengan pendapat Popper tentang proses falsifikasi, mungkin tidak akan banyak ditemukan perkembangan dan kemajuan di dalam ilmu pengetahuan. Suatu eksperimen ilmiah tidak pernah sepenuhnya benar, tetapi juga tidak pernah sepenuhnya ambigu, sehingga harus digantikan saat itu juga. Popper berpendapat bahwa suatu data yang berlawan dengan teori yang ada dapat secara otomatis menyingkirkan teori yang ada tersebut. Namun dalam prakteknya, hal tersebut tidak terjadi. Jika ditemukan suatu data yang berlawanan dengan teori yang ada, ilmuwan biasanya akan mencari penjelasan terlebih dahulu tentang hal tersebut, seperti melihat kemungkinan bahwa eksperimen yang dilakukannya mungkin tidak tepat.

Referensi: dari berbagai sumber.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun