Beberapa saat kemudian, sosok cewek berambut lurus panjang dan anggun keluar dari pintu kemudi. Cewek itu membalas dengan melambaikan tangan ke arah Ervin sambil menempelkan handphone di telinganya.
“Hai Vin!” teriak cewek itu sambil tertawa semringah.
“Bentar yang, aku segera turun. Jadi nonton? Kamu enggak usah masuk. Biar kita lekas berangkat,” jawab Ervin berkaos putih ketat mematikan handphone bergegas pergi. Suara Ervin terdengar jelas oleh Lana.
Kulihat Ervin kembali masuk ke kamar dan turun menghampiri cewek itu di samping mobil. Mereka saling berpelukaan, menatap sesaat, disambut cipika cipiki. Tak lama mereka meninggalkan rumah dengan mobil itu.
Duaarrr ….! Halusinasi Lana serta-merta luluh lantak diterjang angin ribut dan sambaran petir bersahut-sahutan protes di isi kepalanya. “Meski udara sangat sejuk entah mengapa bagiku hawa sore ini berubah drastis menjadi panas yang mendidih dan menjengkelkan,” gumam Lana melongo.
“Oh my goodness, mana mungkin aku bisa jalan sama Ervin. Ervin punya kekasih? Atau Sepupunya?” Bathin Lana masih berharap.
*****
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H