Mohon tunggu...
Fajar Arianto
Fajar Arianto Mohon Tunggu... Jurnalis - Karyawan

Menulis cerpen, bagi saya merupakan kesenangan dan dunia yang berbeda dengan aktivitas rutin saya. Selain itu, saya juga hobi bermusik dan menyenangi teknologi audio. Trima kasih sudah menyempatkan mampir ke lapak saya. Salam https://www.instagram.com/arianto.fa/?hl=id

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen: Kandas Kedua kali

19 Mei 2021   10:21 Diperbarui: 19 Mei 2021   10:29 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto oleh Fajar Arianto

Sebuah kisah kaum sosialita teperdaya dalam jalinan asmara dijumpai dalam  gemerlap kota  metropolitan.

Malam itu di sebuah kafe yang diapit gedung perkantoran yang menjulang, Aline meneguk kopi yang tersisa di cangkir berukuran kecil. Myla memperhatikan seluruh gerak-gerik Aline sedang menikmati kopi hitam kesukaanya. Berada di sisi Aline dirasakan Myla mengait keteduhan, membuatnya selalu tersenyum ditengah kepenatan problematika seolah tanpa henti. Tercium aroma khas Aline  membelai hidung mancung Myla, membuat malas beranjak dari kenyaman itu. Tatapan Aline acap menghipnotis Myla, tak sanggup menolak apapun yang Aline minta.

"Myla, kita sudahi hubungan kita. Kita tak bisa melanjutkan lagi hubungan lebih lama," ujar Aline yang memiliki darah separuh Jerman, dibalut rok terusan putih bermotif kembang kuning. Kemudian Aline meletakkan cangkirnya seraya menatap Myla yang mempunyai mata indah.

Kalimat terakhir mencabik-cabik hati Myla seketika. Membuat sekujur tubuh Myla lunglai. Tak kuasa ingin menjerit sekeras-kerasnya, namun berat bibir mungil Myla sontak membungkam.

***

Berawal, ketika Myla ditinggal kawin Miko calon suaminya telah dikenalnya selama sepuluh tahun. Hidup Myla menjadi hancur nyaris tak bernafas. Undangan pernikahan Myla dan Miko terlanjur tersebar namun semuanya terbuang sia-sia. Hari pernikahan pun gagal terlaksana.

Sejak kejadian itu, kesedihan Myla terus merekat di hatinya. Tak lama, Aline sahabat Myla semasa kuliah di Belanda, hadir mengisi kehidupan Myla.  Nurani Myla yang sempat hampa berubah seratus delapan puluh derajat menjadi lebih baik. Ada perasan bahagia, selalu ceria serta mendapatkan kenyamanan sejak kehadiran Aline.

Nyatanya tidak sekadar persahabatan yang mereka jalin, sampai berbagi kasih yang erat. Hubungan Myla dan Aline kian intim terjalin selama dua tahun. Sebuah hubungan asmara, antara dua wanita dewasa yang tak layak bagi siapapun meski terselimuti gemerlap metropolitan.

"Kenapa kamu menyudahi hubungan kita?" Tanya Myla.

"Sudah saatnya kita harus berpisah. Aku mau menjalani hidup normal. Punya keluarga bahagia, layaknya orang lain yang hidup normal dan mempunyai buah hati," jawab Aline kepada kekasih yang dicintainya  dengan lembut.

"Maaf Myla, sebenarnya aku sudah menjalin hubungan dengan seseorang, pria. Kami sedang menyiapkan pernikahan di akhir tahun ini," lanjut Aline.

"You never said?" Tanya Myla lemas.

"I didn't mean to hurt you. Maafkan aku Myla. Kita harus hidup normal. Sangat tidak sehat menjalin hubungan seperti kita sekarang."

"Myla, aku sangat sayang kepadamu. Aku tidak mau merusak kehidupamu. Aku merasa berdosa, kalau kita tetap mempertahankan jalan seperti ini," kata Aline berkemas merapikan tas mewahnya yang malam itu tampil anggun dari biasanya.

Myla hanya membeku di sofa dengan tatapan kosong. Peristiwa ini terjadi kedua kali, setelah ditinggal Miko, kini ditinggal Aline .

"Lusa,  aku dan dia berangkat ke Ausie, menyiapkan segala sesuatu untuk pernikahan kami di sana. Aku mau, kamu menjalani hidup normal, have Son and harmonious families."

Air mata Myla menggenang, masih dengan tatapan kosong dan berpangku tangan di tepi meja.

"Selamat tinggal Myla. Aku sayang kamu," kata Aline.

Aline mengayunkan kakinya perlahan  meninggalkan Myla yang masih membeku di sofa. Sesaat, Aline menghentikan langkahnya, hanya melirik dengan air mata berlinang, Wanita berparas indo itu melanjutkan langkahnya meninggalkan Myla.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun