“Ini bu nasi rawon spesial buat ibu. Cuma nasi rawon ini Ajeng ganti bubur, biar ibu nyaman menyantapnya."
" Yuk makan bu, mumpung masih hangat biar Ajeng suapin.”
Ketika saya sodorkan sendok ke mulut ibu. Ibu bergeming tidak menyambut tangan saya yang masih memegang sendok berisi kuah rawon.
“Ibu, ayuk makan bu,”
“Ibu … ibu?”
Ibu tidak menyahut. Mata ibu terpejam rapat.
“Mungkin ibu tertidur menunggu saya memasak.”
Saya goyangkan pundak ibu perlahan. Ibu tetap terdiam tak memberi respon. Saya angkat punggung jari telunjuk perlahan ke depan lubang hidung ibu, tak ada hembusan nafas. Saya mulai cemas, denyut nadi ibu juga tidak terasa.
Tak beberapa lama, dokter pribadi yang saya hubungi sudah tiba, memeriksa kondisi ibu. Dokter menyatakan ibu sudah meninggal dunia.
“Ibu …. Ibuuuu..!”
Ibu tak menjawab panggilan. Ibu meninggalkan Ajeng untuk selama-lamanya. Saya peluk ibu sambil terisak mengguncangkan badan ibu yang sudah tak bernyawa. Rawon hangat permintaannya belum sempat ibu cicipi walaupun yang terakhir kali.