Pada hari kedua, peserta workshop mengunjungi Candi Sukuh dan Cetho, sebenarnya ada satu tujuan wisata lagi yaitu Telaga Madirda, sayang cuaca tidak memungkinkan. Kegiatan di Candi Sukuh dan Cetho merupakan pengalaman yang sangat berkesan bagi para peserta workshop. Selain melakukan beberapa sesi meditasi, peserta dibimbing untuk melakukan tarian jiwa.
Secara keseluruhan saya sangat terkesan dengan workshop ini, karena selain banyak sekali wedharan ilmu dari para narasumber yang mumpuni di bidangnya, pengalaman-pengalaman yang sangat unik saya alami. Peserta berasal dari berbagai latar belakang agama, pekerjaan, dan daerah namun seolah tak ada sekat antar peserta, semua saling bertukar pengalaman dengan sangat cair dan bernuansa kekeluargaan.
Konsep acara sangat baik, simple, namun bermakna dan berkualitas karena hampir semua wedharan dikaitkan dengan sains, sejarah, budaya, dan kehidupan sehari-hari. Sehingga materi-materi yang oleh kebanyakan orang dianggap sebagai omong kosong atau khayalan belaka menjadi sangat mudah dipahami dan logis. Setiap sesi kegiatan workshop selalu diawali dengan meditasi bersama, wedharan ilmu, tanya jawab, diselingi meditasi lagi, dan seterusnya sehingga mood peserta selalu terjaga.
Ketika sesi tanya jawab di Candi Sukuh belum selesai, tiba-tiba turun hujan, tentu saja hal itu membuat beberapa peserta panik, namun Setyo Hajar Dewantoro menyarankan untuk tetap santai, menikmati, dan mensyukuri hujan yang sedang turun, karena hujan tersebut bukanlah hujan alamiah, namun hujan berkah, kami diberitahukan bahwa hujan akan reda dalam satu menit. Dan benar saja, tak lama kemudian siraman hujan berganti dengan siraman cahaya matahari.
Selain ilmu di bidang spiritual, sejarah, budaya, dan sains, saya juga mendapatkan kesadaran baru, bahwa saya harus selalu mempelajari diri saya sendiri, mendengarkan hati nurani, karena guru sejati yang akan menuntun kehidupan saya sebenarnya ada di dalam diri saya sendiri. Dimanapun dan kapanpun saya harus selalu meditatif, tersambung dengan Sang Maha Pencipta, tansah eling lan waspada, ikhlas, mensyukuri, menjaga tingkah laku agar tak menyakiti orang lain, menghindari sifat sombong; iri; dengki; merasa paling suci, dan menikmati semua proses kehidupan.
Di dalam agama Islam, dari beberapa sumber menyebutkan bahwa meditasi juga sering dipraktikkan oleh para wali, ulama, sufi, dan pelaku tarekat. Hampir semua agama maupun kepercayaan mengenal laku spiritual yang bisa disamakan dengan laku meditasi. Ada yang menyebutnya sebagai kegiatan berdoa, dzikir, beribadah, bertafakur, dan sebagainya. Â Namun intinya meditasi adalah suatu lelaku untuk selalu jumbuh, tersambung dan merasakan adanya Tuhan Sang Maha Pencipta.
Wallahu a'alam.