Mohon tunggu...
Fajar Saputro
Fajar Saputro Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Analisa ecek-ecek tentang Keputusan Keluarnya Vokalis Payung Teduh

15 September 2018   09:39 Diperbarui: 15 September 2018   10:20 626
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Musik. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Ibarat sebuah hunian, Is dan Comi adalah dua orang yang memiliki sebidang tanah. Setelah kehadiran Cito dan Ivan, kemudian mereka berempat membangun sebuah rumah di atas tanah tersebut---dengan kontribusi yang merata---meskipun gaya arsitekturnya banyak diprakarsai oleh Is. Kemudian jadilah rumah Payung Teduh seperti yang telah kita ketahui bersama, di mana masing-masing memiliki bagian yang sama. Tapi, ketika Is dan Comi memilih untuk keluar dari Payung Teduh---kok saya merasa---Is dan Comi sedang mengeluarkan Ivan dan Cito dari band meskipun dengan cara yang sedikit berbeda dan sangat halus, yaitu mereka berdua yang keluar dari Payung Teduh.

Mudah-mudahan dugaan saya keliru. Sebab sebagai penggemar mereka, tentu saja saya menyayangkan keputusan Is dan Comi keluar dari band. Saya mengenal Payung Teduh ketika mereka muncul di layar kaca untuk kali pertama, yaitu di program Radio Show-TV One pada 17 Mei 2012. Lagu-lagunya yang adem, ditambah sikap mereka yang rendah hati membuat saya langsung jatuh cinta kepada Payung Teduh.

Setelah ditinggal oleh dua personelnya, bagi mereka life must go on: Is kini membuat band baru dengan nama Pusakata, Ivan dan Cito melanjutkan Payung Teduh dan telah menelurkan album berjudul Mendengar Suara, sedangkan Comi belum terdengar kiprahnya dalam bidang musik---tapi dalam sebuah wawancara---konon ia ingin kembali ke jalur metal dengan instrumen elektrik. Saya turut senang jika pada akhirnya mereka terus berkarya, tapi sebagai penggemar yang belum bisa move on dari hengkangnya dua petolan Payung Teduh, saya merasa perlu mengeluarkan unek-unek ini untuk kepentingan saya sendiri.

Tulisan ini saya buat berdasarkan data-data sekunder yang saya peroleh dari beberapa artikel dan video di youtube yang sengaja saya kumpulkan untuk  kebutuhan analisa tentang keluarnya Is dan Comi dari Payung Teduh. Karena keterbatasan sumber dan subjektivitas dari saya, maka tulisan ini tidak akan pernah bisa atau tidak boleh dijadiakan rujukan oleh siapapun tanpa terkecuali (dan saya yakin tidak akan ada orang sekonyol itu). Sebab bobot dari tulisan ini hanya seperti obrolan warung kopi, untuk mana sekadar ingin ngrasani seseorang---yang kebetulan 'seseorang' tersebut adalah Payung Teduh. Berikut adalah analisa saya:

Ya.

Diakui atau tidak, dari segi bisnis, keluarnya Is dan Comi dilakukan pada waktu yang tepat. Maksud saya, ketika single pertama dari album ketiga mereka keluar, yaitu Akad, dan diterima oleh masyarakat luas---bahkan ada yang mengkategorisasi lagu tersebut sebagai wedding song; tiba-tiba datang kabar Is keluar dan kemudian disusul oleh Comi. Rasanya belum habis euforia kami dengan rilisnya lagu tersebut, kok tiba-tiba malah bubar.

Memang, jika dilihat formasi menjelang keluarnya Is dan Comi---; Ivan sering mengisi vocal utama pada beberapa pertunjukan. Artinya, secara tidak langsung semua personel bahkan manajemen Payung Teduh (termasuk Is dan Comi) telah mempersiapkan bahkan memperkenalkan Ivan sebagai pengisi kekosongan posisi Is nantinya. Pertanyaannya kemudian adalah: apa faktor yang membuat mereka tidak "berisik" ketika salah satu (atau salah dua) personel mereka hengkang dari band---sebab tidak jarang kita disuguhkan pemandangan di infotaintment---ketika salah seorang personel band memutuskan untuk keluar, pasti dihiasi perselisihan di media.

Untuk menjawab pertanyaan ini, saya mengumpulkan beberapa video yang ada di youtube---berisi wawancara Payung Teduh ketika masih dengan formasi lengkap. Dari video-video yang saya tonton, saya menyimpulkan begini: bahwa sebelum adanya teater dan kemudian band, yang ada di antara mereka adalah pertemanan. Jadi, band dan teater adalah bagian kecil dari pertemanan mereka. Maka ketika terjadi perbedaan visi dalam band, demikian saya kutip verbatif dari statement Is di beberapa wawancaranya; hal tersebut tidak akan mengganggu relasi pertemanan---baik mereka yang masih di Payung Teduh atau sudah tidak lagi.

Dari pertanyaan di atas, saya kembangkan lagi ke pertanyaan berikutnya: jika memang benar terjadi perbedaan visi, apakah 'visi' yang dimaksud oleh Is?

Dalam sebuah wawancara yang dilakukan oleh beritatagar.id yang dipublish pada 9 November 2017 (https://www.youtube.com/watch?v=6hB6ysOZD0A), Is menerangkan: "Main musik bagi saya nggak melulu begini (manggung), tapi lebih ke produksi karya. Sementara Payung Teduh semakin 'tereksploitasi' gila-gilaan, dan itu membuat saya agak lelah. Kenapa kita memilih jalur sendiri (indie), karena kita bisa mengatur (jadwal) apapun itu."

Pada wawancara yang dilakukan oleh Project VIP yang dipublish pada 24 November 2017 video ke-1 (https://www.youtube.com/watch?v=Fap2p5xcvW8) Is seperti ingin melanjutkan statement di wawancara yang berbeda tersebut---tentang 'tereksploitasi gila-gilaan' dan mengutarakan keinginannya untuk mengatasi permasalahan yang sedang mereka hadapi: "... untuk kesehatan industri (musik) nggak bagus. Karena industri itu sebaiknya tetap sejalan dengan perkembangan idialisme seniman. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun