Ini adalah kali pertama saya menulis di kompasiana. Bukan karena saya tipikal orang yang tidak suka menulis, tapi karena ketidaktahuan saya bahwa platform kompasiana memperbolehkan kalangan umum untuk menulis di platform ini.Â
Selain hal tersebut, alasan saya menulis di kompasiana adalah karena perintah dosen saya untuk melakukan membuat artikel tentang analisa terhadap problematika kaidah kebahasaan yang dianggap lazim di masyarakat namun sebetulnya salah.
Pada kesempatan ini saya akan menyinggung masalah tentang kesalahanan penulisan gabungan kata yang sudah menjadi hal yang wajar di masyarakat.Â
Namun, sebelum saya memulai pembahasannya saya ingin bertanya terlebih dahulu kepada para pembaca. Mana yang benar, pertanggung jawaban atau pertanggungjawaban? Jika Anda menjawab pertanggung jawaban, maka saya pastikan jawaban Anda salah. Mana jawaban yang menurut Anda benar, sukarela atau suka rela?Â
Jika jawaban Anda adalah suka rela, maka jawaban Anda juga salah. Itulah beberapa contoh yang menjadi latar belakang kenapa saya ingin membahas problematika pada gabungan kata. Lantas bagaimana cara menulis gabungan kata yang benar? Berikut ini pembahasannya.
Pertama-tama, saya ingin mengajak para pembaca untuk mencari tahu apa yang dimaksud kata gabungan. Menurut website BFOX, gabungan kata adalah suatu penggabungan suatu kata dengan kata lainnya.Â
Penggabungan ini bisa menghasilkan makna baru ataupun tetap, tergantung jenis gabungan kata itu sendiri. Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI), penulisan gabungan kata mempunya beberapa ketentuan.
Pertama, unsur gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus dan ditulis terpisah.
Contoh :
- meja hijau
- orang tua
- cendera mata
- nikah siri
Kedua, gabungan kata yang dapat menimbulkan salah pengertian ditulis dengan membubuhkan tanda hubung (-).
Contoh :
- ibu-bapak kami (ibu dan bapak kami)
- ibu bapak-kami (ibu dari bapak kami).
Ketiga, gabungan kata yang penulisannya tetap terpisah jika mendapat awalan atau akhiran.
Contoh :
- bertepuk tangan
- tanda tangani
Keempat, gabungan kata yang mendapat awalan dan akhiran sekaligus ditulis serangkai.
Contoh :
- pertanggungjawaban
- kesalahpahaman
- disebarluaskan
Kelima, gabungan kata yang sudah padu ditulis serangkai.
Contoh :
- beasiswa
- sukarela
- dukacita
- kacamata
Itulah beberapa kaidah penulisan gabungan kata yang tepat, yang tercantum dalam PUEBI. untuk gabungan kata pertanggungjawaban yang tadi sempat dibahas di awal termasuk ke dalam kaidah nomor empat, yaitu gabungan kata yang memiliki awalan dan akhiran, maka cara penulisannya pun tidak boleh dipisah, tapi diserangkaikan. Sedangkan gabungan kata sukarela cara penulisannya diserangkaikan karena sudah padu ditulis serangkai.
Contoh di atas hanyalah sebagian kecil dari kesalahan-kesalahan yang sudah dianggap lazim di masyarakat. Masih banyak gabungan kata berawalan dan berakhiran yang sering kita temukan masih salah dalam penulisannya, seperti ketidaktahuan, disalahgunakan, dialihfungsikan, dan masih banyak kata-kata lain yang banyak orang memisahkan gabungan kata tersebut.
Mungkin menurut beberapa orang, hal demikian adalah hal yang dianggap sepele atau tidak penting, sehingga ada beberapa pihak yang mengira bahwa kesalahan penulisan pada gabungan kata tidak perlu diperbaiki.Â
Tapi justru hal demikian adalah contoh bentuk ketidakpedulian kita terhadap bahasa, sehingga hal yang pada awalnya adalah suatu yang salah, lalu lama-kelamaan dianggap lazim, bahkan dianggap benar oleh kalangan masyarakat yang memiliki jenjang pendidikan yang rendah.
Atau bahkan tidak sedikit orang yang tidak mengetahui aturan yang benar mengenai kaidah penulisan gabungan kata. Sebetulnya masih banyak yang ingin saya tuliskan dalam artikel ini.Â
Namun, karena terbatasnya waktu yang ada, sehingga tidak bisa saya tuliskan semuanya dalam kesempatan pertama ini. Atau mungkin akan saya lanjutkan di kesempatan berikutnya.
Di penghujung artikel ini, saya mengajak kepada diri saya pribadi khususnya, dan umunya kepada para pembaca, untuk lebih peduli lagi terhadap problematika dan aturan dalam kaidah kebahasaan, sehingga kesalahan-kesalahan yang dianggap lazim pada hari ini, tidak terulang dimasa yang akan datang. Sekian dan terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H