Meskipun para penafsir sepakat bila Nabi Isa tidak pernah berperang, beberapa ulama mencatat bahwa setelah beliau diangkat ke surga, sebuah peperangan pecah antara para pengikut setianya dengan orang-orang yang tidak beriman.
Sebagian ulama lain mencatat bahwa kemenangan yang disebutkan dalam Al’Qur’an merupakan kemenangan dalam perdebatan bukan dalam peperangan.
Ṭabarī mencatat bahwa 3 kelompok dari Bani Israel muncul setelah pengangkatan Nabi Isa ke langit: yang pertama yang mengklaim bahwa Nabi Isa adalah Tuhan, yang kedua yang mengklaim kalau Nabi Isa adalah anak Tuhan, dan yang ketiga yang tetap beriman yang meyakini kalau Nabi Isa adalah utusan Tuhan.
Sebagaimana telah dijelaskan dalam ayat sebelumnya kalau kelompok terakhirlah yang meraih kemenangan karena bukti yang mereka miliki untuk melawan kelompok yang lainnya.
Terlebih, penyebaran dan kejayaan pesan ajaran Nabi Muhammad secara tipologis merupakan kemenangan para pengikut Nabi Isa juga, karena pesan ajaran mereka pada akhirnya menang mengalahkan keyakinan dari pihak-pihak yang tidak beriman melalui kemenangan dari Nabi Muhammad SAW.
Sama halnya dengan pasukan yang memiliki pangkat khusus dalam kesatuannya, para pengikut Nabi Muhammad SAW juga memiliki tempat yang mulia dalam Al’Qur’an dan Hadist.
Nabi Muhammad SAW bersabda:
Hanya orang beriman yang mencintai Anṣār, dan hanya orang munafik yang membenci mereka. Dengan begitu Allah juga akan mencintai mereka (orang beriman), dan Dia juga akan membenci orang-orang yang membenci mereka. (Bukhārī).
Nabi Muhammad SAW juga bersabda:
Tidak ada seorang Nabi pun yang telah diutus oleh Allah kepada suatu kaum sebelum saya kecuali bahwa ia memiliki pengikut (ḥawāriyyūn) dan sahabat di antara mereka. (Muslim).
Selama perjuangan Al-Aḥzāb yang berlangsung selama tahun kelima setelah hijrah, Nabi Muhammad telah sebanyak 3 kali meminta bantuan dari sahabatnya untuk mengintai kamp dari kaum orang-orang yang tidak beriman, disana seorang sahabat yang bernama Al-Zubayr selalu mengajukan diri di setiap kesempatan.