Mohon tunggu...
faiz zulfa sulthona
faiz zulfa sulthona Mohon Tunggu... Lainnya - communication science'21

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga, 21107030137, public speaker

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Bencana Rob dan Jebolnya Tanggul di Semarang Heboh di Media Sosial

25 Mei 2022   18:30 Diperbarui: 25 Mei 2022   18:32 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Halo kompasianer!

Saya yakin pasti banyak dari kalian yang punya sosial media. Nah tentunya, kalian lebih mudah untuk mendapatkan informasi dengan cepat. 

Sekarang ini banyak sekali akun - akun sosial media yang dikhususkan untuk mengangkat info - info penting atau bahkan hanya sekedar gosip atau vidio lucu. 

Nah sekarang ini masyarakat sedang ikut berduka cita atas berita yang menimpa warga Semarang, ada apa sih sebenarnya? Yuk, simak.

Dalam beberapa hari terakhir ini, masyarakat Jawa Tengah khususnya daerah pesisir utara  seperti Semarang dan sekitarnya, mangalami sebuah tragedi bencana banjir yang disebabkan oleh rob air laut hingga menyebabkan jebolnya tanggul.

 Dilansir dalam laman siaran pers Walhi Jawa Tengah menganai hal ihwal bencana yang terjadi di Semarang menyebutkan bahwa bencana banjir tersebut disebabkan oleh curah hujan ekstrem selama kurang lebih tiga hari berturut-turut,

 padahal laporan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melaporkan bahwa curah hujan yang terjadi di Jawa Tengah hanya berintensitas rendah.

Bencana rob yang pada akhirnya memicu jebolnya tanggul sebab intensitas arusnya terlalu kuat menyebabkan puluhan, bahkan ratusan rumah di wilayah Tambakrejo, Tambaklorok dan Tambakmulyo mengalami banjir setinggi satu meter, tentunya menyebabkan aktivitas warga masyarakat dan jalur jalan Pantura antara Semarang Demak menjadi sedemikian terganggu.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) kota Semarang mencatat kurang lebih sekitar 1.255 kepala keluarga terdampak bencana pada hari Senin, 23 Mei 2022. Hingga tulisan ini dimuat belum terdapat laporan mengenai korban jiwa, tetapi BPBD kota Semarang tidak berhenti untuk mengevakuasi korban terdampak.

Penulis sendiri turut berduka atas bencana yang terjadi di wilayah pesisir Jawa Tengah dan sekitarnya, khususnya di daerah utara Semarang. Semoga lekas pulih, lekas normal seperti biasanya. 

Akan tetapi tidak bisa hanya sebatas berserah diri kepada Tuhan YME saja, sebab bencana ini bukan saja sebatas siklus alam yang setiap periode tertentu terulang kembali, 

justru bencana ini adalah bencana yang ada kena mengenanya dengan campur tangan manusia yang hobi merusak lingkungan tanpa menyadari dampak dari perbuatannya hingga menyebabkan parahnya derita manusia yang tak berkesudahan, 

seperti bencana rob banjir yang dialami oleh saudara-saudara kita di Semarang.

Pada dasarnya bencana rob ini sudah sering terjadi pada wilayah pesisir pantai utara Jawa, akan tetapi bencana rob tersebut tidak terjadi begitu saja seolah takdir Tuhan yang tidak bisa dirubah dan dicegah kejadiannya. 

Bencana rob ini seakan diundang secara sengaja oleh manusia, khususnya pemangku kebijakan. Pembangunan industri di wilayah pesisir yang sedemikian marak dilakukan tetap saja dipertahankan bahkan diperluaskan tanpa henti.

Pembangunan-pembangunan seperti inilah yang kemudian menyebabkan bencana ekologis (bencana yang disebabkan oleh manusia) terjadi. Pembangunan tersebut menyebabkan krisis sosial-ekologis di wilayah pesisir pantai utara Jawa hingga menurunnya kualitas lingkungan. 

Pada intinya sebab skema pembangunan yang digalakan pemerintah membuat kualitas tanah sedemikian buruk hingga berpotensi banjir pada saat curah hujan tinggi.

Dari penjelasan di atas, kita harus bisa mengambil sebuah hikmah dari suatu bencana yang menimpa. Tentunya yang kita semua tahu bahwa lebih baik mencegah dari pada mengobati. 

Penyebab banjir tidak hanya berasal dari bencana rob atau jebolnya tanggul, bahkan hal sepele yang kita kira tidak akan bermasalah, justru bisa jadi akan beresiko besar. Untuk itu kita harus ikut berkontribusi dalam menjaga bumi ini, mulai dari tidak membuang sampah semabarangan dan belajar untuk menambah wawasan juga tak kalah penting.

Dengan kita menjadi orang yang berilmu, makan kita juga akan tau cara yang benar dalam memanfaatkan atau menggunakan sesuatu.

Sekian dan semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun