Mohon tunggu...
Faiz Zawahir Muntaha
Faiz Zawahir Muntaha Mohon Tunggu... -

KADER BIASA HMI tumbuh dan berkembang di HMI Komisariat Tarbiyah Cabang Kabupaten Bandung alumni Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Sunan Gunung Djati Bandung Akun lama kompasiana saya http://www.kompasiana.com/faiz_alzawahir

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pemaknaan Kalimat Syahadat Sebagai Pijakan Pendidikan Moral [1]

10 Februari 2016   22:45 Diperbarui: 10 Februari 2016   22:55 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

اشهد ان لااله الاالله

Kalimat syahadat pertama diawali dengan lafadz “asyhadu” yang dalam kajian bahasa arab asyhadu itu dhamir atau subjeknya adalah “ana/aku” yaitu muttakalim wahdah  dalam bahasa Indonesia biasa diartikan “aku bersaksi” subjek aku sebagai orang yang melakukan persaksian adalah keseluruhan dimensi serta realitas yang dimiliki oleh si “aku”. Aku bukanlah mulut saja,bukan mata saja,bukan telinga saja melainkan semua yang ia miliki. Oleh sebab itu ketika seseorang mengucapkan lafadz “asyhadu” maka itu berarti keseluruhan realitas yang ada dalam dirinya itu dipersaksikan. Oleh sebab itu maka sahadat itu bukan “MENGAKU” melainkan “MENG-AKU” dalam artian ketika seseorang mengucapkan lafadz “asyhadu”dalm dua kalimat syahadat maka dia sudah mempasrahkan keseluruhan realitas yang ia miliki untuk dipersaksikan kepada Allah sebagai tuhannya dan Muhammad sebagai nabinya.

            Kemudian lafadz kedua dalam kalimat syahadat adalah “AN” dalam bahasa sunda ulama salaf mengartikannya “kalawan kalakuan sareung tingkah” dalam artinya dengan  keseluruhan kinerja serta gerak langkah dalm hidupnya. Oleh sebab itu orang yang membaca kalimat ini mengikrarkan apapun yang ia lakukan dan ia kerjakan dipersaksikan serta diperuntukan hanya untuk dzat yang maha benar. Ia melakukan kebaikan bukan untuk harta jabatan ataupun pujian melainkan hanya semata-mata hanya untuk Allah tuhan semesta alam.

            Kemudian kalimat “lailahaillallah” kalimat lailahaillallah di awali dengan huruf “LA” yang dalam kajian bahasa arab huruf “la” dalam kalimat ini adalah la naïf artinya la yang mentiadakan atau dalam kajian bahasa Indonesia disebut sebagai kalimat negasi. Selanjutnya lafadz “ILAHA”  yang dalam bahasa Indonesia biasanya diartikan “TUHAN” hal itu bisa dilihat pada terjemah al-quran Surat An-nas  ayat kedua. Lafadz ilaha adalah realitas yang dipertuhankan oleh manusia. Selanjutnya disambung denga huruf “ILa” yang dalam tata bahasa arab adalah huruf istisnya atau afirmasi dalam tata bahasa Indonesia yang arti dan gunanya “mengecualikan” selanjutnya lafadz “ALLAH” sebagai wujud realitas yang benar-benar dipertuhankan oleh manusia tidak ada dzat lain yang dipertuhankan dengan seutuhnya dan sebenar-benarnya kecuali Allah.

            Oleh sebab itu jika kita tarik benang merah makna dari lafadz syahadat ilahiyah ini ketika manusia mengucapkan اشهد ان لااله الاالله  "asyhaduanlailahailaAllah"

Maka sesungguhnya dia sudah mengirarakan bahwa sesunguhnya aku bersaksi dengan demua yang ada pada diriku dan apapun yang akan aku lakukan dan kerjakan bahwa tidak ada tuhan yang aku sembah melainkan Allah. Maka orang tersebut apapun yang ia lakukan bukan menginginkan harta,pujian ataupun jabatan melainkan semata-mata hanya untuk Allah. Sehingga jika semua umat islam sudah faham akan makna syahadat maka pemaknaan itu haruslah tercermin dalam setiap tingkah laku yang ia lakukan,jika itu belum tercermin maka syahadat ilahiyahnya belumlah pantas disebut sebagai syahadat.

            Pemaknaan syahadat ilahiyah sangatlah pening untuk difahami dan diaflikasikan oleh seluruh elemen umat islam guna mewujudkan masyarakat yang adil makmur dan di ridhoi Allah SWT. Jika syahadat ini dimaknai dan diamalkan oleh seorang pemimpin maka setiap kebijakan dan apapun yang ia lakukan bukanlah untuk upah,pujian ataupun kekayaan melainkan semata-mata hanya untuk Allah begitu pula oleh tentara,birokrasi,tokoh masyarakat,tokoh agama ataupun masyarakat biasa. Jika semua itu sudah terlaksana maka akan dengan sendiri bangsa dan Negara tersebut akan menjadi bangsa yang adil makmur dan diridhai oleh Allah SWT yang akan dibukakan padanya keberkahan dari langit dan bumi.

            Dalam krisis kepemimpinan,krisis moral.krisis akhlak yang ada pada bangsa Indonesia yang notabene mayoritas bangsa ini mengaku beragama islam dan tentunya pernah bahkan setiap hari pastilah membaca syahadat karena syahadat merupakan salah satu rukun sholat. maka sudah menjadi sebuah keharusan untuk melakukan reorientasi serta pemaknaan kembali syahdat ilahiyah yang sudah ia ucapkan sebagai seorang muslim. Pemaknaan kembali kalimat syahadat akan melahirkan revolusi akhlaq,revolusi moral,revolusi hukum bangsa kita menjadi bangsa yang seutuhnya yang kembali menjadi Indonesia yang berdaulat dan beridentitas.

 

Amin ya rabbal alamin

Yakin usaha sampai

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun