Tidak lama setelahnya, kami mulai mendapatkan Dino yang sesungguhnya, Dino yang ceria, Dino yang bersemangat. Tanpa mengikuti les pelajaran yang bejibun, nilai - nilai Dino tetap membanggakan (padahal kami sudah bersepakat tidak akan mempermasalahkan nilai sekolahnya apapun hasilnya).
Dalam tulisan yang hingga kini sudah dibagikan 28 ribu kali itu, Esther Liem juga mencantumkan sebagian nasihat dari psikolog yaitu:
1. Sistem Pendidikan di Indonesia kebanyakan masih mengutamakan kecerdasan intelektual. Tidak heran di usia yang masih sangat dini, anak sudah diajari membaca, menulis dan berhitung. Sebisa mungkin carilah pra sekolah yang 'hanya bersenang-senang', tanpa membebani otak anak dengan hal-hal yang belum waktunya diterima oleh otak anak. Atau kalau pun itu tidak bisa dihindari, di luar jam sekolah jangan lagi menambahi beban mental anak dengan memaksa belajar hal-hal yang belum perlu benar.
2. Arahkan anak pada hal-hal yang positif namun harus tetap mengedepankan apa keinginan anak.
3. Tidak membebani anak dengan tugas 'kamu harus menjadi nomor satu' untuk hal apapun. Tunjukkan dan buktikan, bahwa tanpa anak menjadi nomor satu, anak tetaplah istimewa untuk orang-orang di sekitarnya.
4. Tidak mengekspos kepandaian anak di muka umum dan di media sosial, karena itu menjadi beban besar untuk anak.
Di akhir postingannya, Esther berharap semoga kisah yang ia sampaikan menjadi pencerahan dan tentunya bisa jadi pelajaran untuk semua orang tua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H