Mensyukuri apa yang telah dianugerahkan Tuhan berarti kita menggunakan pemberian tersebut sesuai dengan kodratnya. Hal itu bisa diwujudkan dengan berbicara yang sopan, meminta maaf ketika bersalah, menyampaikan ilmu pengetahuan, berdzikir, mengaji, bermusyawarah, dan menghibur orang lain. Pendek kata, jika mulut kita belum bisa membuat orang lain tertawa minimal tidak membuat orang lain kecewa. Jika mulut kita belum bisa membuat orang lain bahagia minimal tidak membuat orang lain terluka.
Menjaga mulut agar tetap terjaga dari perkataan tercela memang tidak mudah, terlebih jika sedang marah. Namun, jika tidak bisa berbicara yang terpuji maka diamlah. Ada pepatah menyatakan diam itu emas, berbicara itu perak. Sekiranya pembicaraan kita tidak bermanfaat maka lebih baik diam. Nabi Zakaria diperintahkan untuk puasa bicara selama tiga hari sebagai tanda dikabulkannya doa saat memohon kepada Allah seorang anak. Kisah ini diabadikan dalam Qs. Al Imran:41.
Mulut yang baik bisa dianalogikan seperti halnya mulut termos. Termos mampu menjaga air panas agar tetap panas di dalamnya. Namun, tetap dingin diluar. Sedangkan mulut yang tidak baik seperti halnya teko yang mulutnya lancip. Ketika di dalamnya panas di luar pun ikut panas. Pendek kata, Mulut yang baik bisa mendinginkan saat suasana sedang panas dan menghangatkan ketika suasana sedang dingin. Semoga pelaku PHP tidak bertunas dan korban PHP tidak bersemi.