Kelebihan buku ini menjelaskan awal mula dari social society itu sendiri permulaan munculnya gerakan ini secara runtut dengan jelas, sehingga pembaca mudah memahami apa yang ingin penulis sampaikan kepada para pembaca, cara penulisan yang tidak ambigu juga menambah kesan kepada buku ini bahwa buku ini sangat layak dibaca di mana pun dan kapan pun.Â
Pada bab pendahuluan penulis memaparkan istilah, konsep, dan sejarah awal mula munculnya civil society atau lebih sering disebut dengan kewargaan atau masyarakat madani dijelaskan bahwa konsep ini berasal dari proses sejarah masyarakat barat. Perkembanganya berawal dari seorang tokoh yakni Cicero bahkan menurut Manfred Riedel, ditarik ke belakang sampai Aristoteles. Tapi  yang pasti dan sangat jelas awal mula penggunaan istilah societies civilis berasal dari Cicero dalam konsep filsafat politiknya.
Pada halaman tiga buku ini penulis juga menjelaskan definisi civil society menurut pandangan pribadinya civil society ini merupakan wilayah-wilayah kehidupan sosial yang terorganisasi dan bercirikan, antara lain: keswadayaan (self-supporting), kesukarelaan (voluntary), keswasembadaan (self-generating), kemandirian tinggi berhadapan dengan negara, dan keterikatan dengan norma-norma atau nilai-nilai hukum yang diikuti oleh warganya. Di dalamnya penulis juga mensisipkan bahwa pentingnya suatu ruang publik yang bebas (the public free sphere), tempat dimana transaksi komunikasi yang bebas bisa dilakukan oleh warga masyarakat.
Pada bab 1 buku ini berjudul Negara Birokratik dan Redemokratisasi berisi dari berbagai telaah atas teori dan beberapa studi kasus yang belakangan terjadi dan menjadi topik utama dalam disiplin ilmu politik. Di antaranya perdebatan teorittis antara kubu liberal-pluralis dan kubu Marxis, dan harus diakui perdebatan tersebut cukup produktif, namun sayang sekali, hal tersebut tidak berkembang dalam kaitannya dengan studi negara di Dunia Ketiga.Â
Bab ini juga berisi perspektif teoritis model negara birokratik yang berawal dari respon terhadap apa yang disebut sebagai promo depending (perluasan) dari industrialisasi dan pembangunan ekonomi di negara kapitalis pinggiran.Â
Selanjutnya yang akan dibahas buku ini yaitu mengenai problem dan prospek demokratisasi melalui pemberdayaan civil society yang belakangan ini muncul berbagai isyarat politik yang mengindikasikan kebangkitan gerakan demokrasi negeri ini, disebutkan juga beberapa pernyataan bahwa yang berkaitan dengan kebutuhan adanya restrukturisasi dan lebih terbukanya koridor politik telah muncul di media massa dan dalam pembicaraan publik lainnya yang tidak diungkapkan oleh kalangan oposisi.Â
Dengan demikian menurut buku ini permasalahan politik di Indonesia saat ini akan dapat dipahami secara lebih baik dengan melampaui pendekatan kelembagaan yang umum. Dalam penulisannya penulis juga bermaksud menguji proses demokratisasi dengan memfokuskan pada hubungan dialektika antara negara dan masyarakat, peran kelas menengah dan gerakan intelektual ke dalam dan fungsi politik berupa katalis dari gerakan demokrasi di masa mendatang.
Namun demikian menurut buku ini, ditinjau dari sudut pandang krtitis, pemerintah belum berhasil memenuhi janjinya dalam mendorong proses demokratisasi. Ada perdebatan yang terus berlangsung baik di dalam maupun di luar lingkungan akademis mengenai sejauh mana keberhasilan politik di negeri ini.Â
Dalam buku ini juga membahas telaah teoritis terhadap beberapa studi kasus, penulisan ini merupakan suatu usaha untuk menelaah perspektif-perspektif teoritis yang berkenaan dengan (gerakan) perlawanan sosial. Penulis akan memfokuskan pada masalah masalah seperti basis sosial dari kepatuhan dan perlawanan sosial, konflik kelas dan kesadaran kelas, dan yang terakhir bentuk-bentuk dari perlawanan kelas. Nantinya akan dipaparkan juga beberapa studi kasus yang mungkin akan memperkuat posisi teoritis masing-masing penganjurnya.Â
Telaah dalam tulisan ini adalah asumsi yang mendasarinya yakni, bahwa studi mengenai perlawanan akan menganut tradisi dialektis yang memahamkan proses sosial sebagai interaksi kompleks antara aktor-aktor manusia dengan struktur sosial. Â
Penulis juga berusaha memberikan pemahaman pengantar terhadap salah satu penghampiran yang diilhami oleh pascamodernisme dan pascastrukturalisme, yang dikenal sebagai penghampiran discursive-practice.Â