Mohon tunggu...
Faiz Dawami
Faiz Dawami Mohon Tunggu... Full Time Blogger - gitu aja.

'faux naif'

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Rindu di Kota Hujan

22 Februari 2020   19:41 Diperbarui: 22 Februari 2020   19:40 1395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Osman Rana on Unsplash 

Saat kehampaan mengisi relung jiwa
Gelora pikiran berkecamuk melalang buana
Teringat masa saat mengejar ombak
Berlari menjauhi bibir pantai yang memutih

Terinjak karang di bawah sapuan mentari
Sahut menyahut menyaingi siulan angin
Menyelam bersama mencari kesejukan
Terngiang kebahagiaan berselimut indahnya alam

Ketika menyisir titian dermaga
Menunggu kepulangan ayah tercinta
Balada anak nelayan yang tak terlupakan
Menunggu senyuman dan peluk hangat darinya

Senang, bahagia, penuh suka cita
Kesan rasa yang tak ingin berlalu
Begitulah anak nelayan bersama pantai
Masa kecil melekat kuat di rongga memori

Namun kini gadis kecil itu telah dewasa
Tak kan lagi ditemui kesan seindah dulu
Ia tumbuh beserta segenap amanah di pundak
Memahami aqad yang mesti dijalankan

Tak terasa bulir-bulir bening mengalir jua
Rindu itu kembali merasuki kerapuhan jiwa
Meski pandangan kini tak lagi sama
Namun rindu masih enggan tuk beranjak

Kota ini miliki keindahan yang berbeda
Entah dimana letaknya pantai disini
Aku rindu dermaga, aku rindu deburan ombak
Sejuk kota ini tak mampu mengalihkan itu

Meski kesegarannya menawarkan harapan
Lewat embun yang senantiasa membasahi dedaunan
Memekarkan setiap kuntum pada masanya
Semua tetap tak mampu gantikan segalanya

Seindah apapun, seanggun apapun...
Rindu-rindu ini tetap harap akan temu
Rintiknya hampir memenuhi seisi kalbu
Memecah kerasnya tekad untuk berlari

Namun rentang jarak berlahan tercipta
Kecintaan akan ilmu, mencoba menjawab tanya itu
Belajar menapaki langkah demi langkah
Hingga memahami segala hakikat yang terjadi

Hakikat penciptaan diri yang mesti dipahami
Menghibahkan diri seutuhnya untuk Illahi
Meski prosesnya tidaklah semudah kata
Namun mesti ditapaki menuju arahnya

Begitulah getirnya rasa menggoda pikir
Berusaha menggoyahkan untuk menguatkan
Hadirkan sendu agar ingat kesyukuran
Semua masih tentang pilihan tuk dijalani

Rintik rindu di kota hujan
Tentang rasa yang tak mudah surut
Tentang ikhtiar yang mesti dijalani
Tentang proses yang mesti dihargai

Agar kecenderungan tak lagi salah
Agar rindu tak sekedar rindu saja
Namun miliki makna yang berarti
Tetap dalam rangka memungut berkah yang terserak

(Bogor, 22 Februari  2020)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun