Mohon tunggu...
Faiz Marwan
Faiz Marwan Mohon Tunggu... -

Anak Petani Indonesia | Penikmat kopi dan teh panas. Email : f.balyamarwan@gmail.com Blog : faiz-marwan.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Metode Membasmi Tikus

10 Mei 2016   08:51 Diperbarui: 10 Mei 2016   12:43 578
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: carageek.com

Sejenak, memoriku melayang menuju lima tahun silam. Teringat tips sederhana yang disampaikan guruku dalam kelas sore itu. “Tips membasmi tikus.”

“Kalau di rumah ada tikus baik sedikit atau sudah banyak dan mulai berkeliaran di rumah asal belum kuasai rumah, ini tips mengusirnya. Tangkap tikus satu saja, tidak perlu banyak-banyak, lalu bunuh. Setelah dipastikan sudah mati, potong ekornya lalu bangkai beserta ekornya kubur di dalam rumah. Niscaya tikus yang lain akan tinggalkan rumah dengan sendirinya.”

Sebagai seorang murid polos, aku hanya memahami tips itu sebagai sekadar tutorial praktis, tak berusaha menangkap makna dan konsep dasar dari tips tersebut. Pagi ini di kala kegabutanku makin menjadi, otak malas ini mulai bertanya-tanya kala mengingat tips itu. Diksi-diksi di dalamnya, “Rumah, tikus, bunuh satu lalu potong ekor dan kubur dalam rumah....” Kenapa harus pakai diksi tersebut? Otak liar ini berusaha menafsirkan bebas versi dirinya sendiri.

Rumah.
“Di sana tempat lahir beta, dibuai dibesarkan bunda, tempat berlindung di hari tua, sampai akhir menutup mata.”

Mungkin petikan lagu itu mewakili penafsiran tentang rumah. Rumah lah yang secara de facto menjadi milik kita bersama keluarga secara turun-temurun. Tempat yang harapannya nyaman dihuni dan tepat dimana impian dan harapan disemai. Dalam rumah pasti berlaku aturan (rules) baik yang disepakati bersama atau dibuat oleh kepala rumah tangga.

Tikus. Kotor dan rakus. Itu kata yang terbesit spontan ketika mendengar istilah tikus. Tikus menyimbolkan aktor yang kotor, perantara datangnya penyakit, dan menjijikkan pastinya. Tetiba ingat film RATS :( . Tikus juga identik dengan rakus dan pencuri barang milik aktor lain, tak sopan pula. Bukan hanya makanan seperti ikan, nasi, tempe goreng, mie instan berbungkus, bahkan sabun mandi pun digerogoti tikus (anak kos paham lah dengan beginian). Mungkin, sosok pelanggar aturan (rules) juga bisa dikategorikan sebagai tikus. Sudahlah, konstruksi sosial yang terbentuk di masyarakat memang seperti itu.

Bunuh lalu potong ekor. Ekor merupakan salah satu bagian penting bagi tikus. Coba kita lihat tikus tanpa ekor, kasian, status ketikusannya diragukan, bukan? Begitu vitalnya ekor ini bahkan sudah mafhum di masyarakat “Eh, itu di belakang lemari ada tikus.” Padahal yang dilihanya cuma ekor :). Nah, potong ekor di sini bisa ditafsirkan sebagai sebuah hukuman yang berat dan sadis. Selain dibunuh, masih pula dimutilasi untuk menunjukkan kegarangan dan ketegasan.

Setelah mati dikubur dalam rumah. Muncul pertanyaan, “Loh, bukannya bangkai tikus itu bau, perantara penyakit pula, kok dikubur dalam rumah, tak di luar rumah saja?” Begini loh, tips itu tidak salah kok. Tanah secara alamiah memiliki kemampuan menetralisir bau dan meminimalisasi potensi penyakit yang dimiliki bangkai tikus. Asal menguburnya cukup dalam. 

“Memang sih, lalu bagaimana rasionalisasinya, kenapa harus dalam rumah menguburnya?” Begini, ketika tikus si korban yang sudah dimutilasi ekornya dengan sadir dan dilucuti status ketikusannya dikubur di dalam rumah, harapannya tuh para tikus lain beserta kroni-kroninya yang masih berdiam dalam rumah bisa mengambil pelajaran. “Kalau aku masih saja bertahan di rumah ini, lalu ketangkap, mungkin nasibku akan seperti dia. Kabur aja ah, pindah rumah sebelah.” Iya sih, ini personifikasi dan konspirasi yang mengada-ada. Tapi tak apa lah, kan penafsiran bebasku. :)

Diksi lain yang menggelitik lainnya adalah, “Kenapa hanya satu saja yg dibunuh, kenapa tak dibunuh semua saja, pakai racun misalnya?” Ini lebih ke konsep efisiensi. Efisiensi dalam ekonomi secara sederhana bisa dipahami sebagai upaya menekan biaya dan tenaga sekecil mungkin guna mencapai tujuan tertentu. Konsep efisiensi ini pula dipakai para ahli strategi perang dalam merumuskan taktik yang bakal digunakan untuk menghancurkan pasukan musuh. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun