Mohon tunggu...
FAIZA SALSABILA
FAIZA SALSABILA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia

Memiliki hobi membaca dan juga memiliki ketertarikan dengan hal berbau psikologi

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Pengaruh Lingkungan bagi Kesehatan Mental Remaja Tunarungu, Akankah Mereka Menerimanya dengan Baik?

2 November 2023   11:02 Diperbarui: 2 November 2023   11:42 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Teras Media

Salah satu masalah terbesar dalam perkembangan sosial seseorang terjadi pada tahap awal perkembangan remaja. Tantangan tersebut dapat dilihat dari keinginan remaja untuk menjalin hubungan baru dan mempererat hubungan yang sudah ada tanpa kehilangan identitas yang telah mereka bentuk sebagai remaja. 

Kawan sebaya membantu orang dewasa awal memilih nilai dan memberikan rasa aman. Mereka juga membantu mereka menemukan informasi atau perbandingan dalam berbagai hal. Kawan sebaya pada masa dewasa awal membantu orang dewasa awal menjalin hubungan tanpa harus mengubah identitas yang telah mereka bentuk saat remaja (Papalia, 2001). Seorang remaja yang masih dalam masa perkembangan tentunya membutuhkan lingkungan sebagi media untuk berkembang. Akan tetapi bagi remaja yang memiliki disabilitas, mereka kesulitan dalam menjalin hubungan di lingkungannya.

Hurlock (1993) menyatakan bahwa selama perkembangan individu penyandang disabilitas, keinginan mereka untuk menjalin hubungan, terutama dengan individu non penyandang disabilitas, menghadapi tantangan psikis dan emosional, termasuk persepsi penolakan yang akan mereka alami saat menjalin hubungan dengan individu non penyandang disabilitas, dan tekanan yang akan mereka alami saat menghadapi kesulitan menjalin hubungan.

Menurut Salim (1984) dalam Somantri (2007) Penyandang tunarungu adalah salah satu jenis ketunaan yang paling sering mengalami kesulitan dalam menjalin relasi. Salah satu penyebab kesulitan yang dirasakan individu penyandang tunarungu adalah mereka tidak dapat menangkap informasi audio dan tidak dapat memahami bahasa dengan benar, yang menyebabkan mereka sering mengalami kesalahpahaman dalam menangkap informasi . 

Penyandang tunarungu tentunya akan merasa kesulitan juga dalam bergaul.Hal tersebut dapat berdampak bagi kesehatan mentalnya karena terkadang lingkungan tidak selalu akan menerima keadaanya, ada saat dimana lingkungan itu sendiri yang menjadi penyebab terganggunya kesehatan mental penyandang.

Kehilangan informasi audio menjadikan individu penyandang tunarungu mengalami keterlambatan dalam proses kognitif. Selain itu, individu penyandang tunarungu mengalami ketidakstabilan emosi seperti rendah diri, mudah marah, mudah tersinggung, dan lebih sensitif. Individu penyandang tunarungu juga merasakan hambatan dalam hubungan sosial, seperti cenderung menarik diri, curiga, cenderung kurang percaya diri, enggan berkomunikasi dan cenderung menghindari 44 relasi dengan masyarakat non penyandang tunarungu (Moores, 2001).

Muhyani (2012) menyebutkan beberapa faktor dari lingkungan yang dapat mempengaruhi kesehatan mental salah satunya yaitu sosial budaya, antara lain:

  1. Interaksi Sosial

Interaksi sosial terjadi jika dua orang atau lebih bertemu, kemudian mereka saling bertegur sapa, berjabat tangan, saling berbicara, bahkan sampai terjadi perkelahian, pertengkaran, dan sebagainya. Pihak yang melakukan tindakan dan pihak yang merespons tindakan tersebut muncul sebagai hasil dari beberapa peristiwa tersebut. 

Kegiatan interaksi terjadi sebagai hasil dari kedua hal ini. Penyandang tunarungu biasanya berinteraksi dengan menggunakan bahasa tubuh jika mereka berinteraksi secara langsung dengan orang lain. Namun, mereka masih dapat berinteraksi secara lisan karena mereka memiliki keterbatasan dalam menyampaikan, sehingga mereka dapat menggunakan bahasa isyarat atau bahasa tubuh mereka. Kualitas interaksi sosial individu sangat mempengaruhi kesehatan mentalnya. Tunarungu bisa berkomunikasi dengan bahasa isyarat sedangkan kebanyakan orang normal tidak mengerti dengan bahasa isyarat. Hal itu mengakibatkan tunarungu kesulitan berkomunikasi dengan sekitarnya.

  • Keluarga

Keluarga merupakan lingkungan mikrosistem yang menentukan kepribadian dan kesehatan mental anak. Lebih dari sembilan puluh persen anak tunarungu dilahirkan dalam keluarga yang dapat mendengar, dan sebagian besar dari keluarga tersebut tidak mengharapkan anak tunarungu. Hal ini membuat sulit untuk menyesuaikan diri dengan masalah pengasuhan anak dan pilihan pendidikan, dan dapat diperumit oleh perspektif yang sangat berbeda dan nasihat tentang metode terbaik. (Barry, 2021)

  • Sekolah

Sekolah merupakan lingkungan yang turut mempengaruhi terhadap perkembangan kesehatan mental anak. Sebagian besar anak tunarungu bersekolah di sekolah umum, di mana mereka sering menjadi satu-satunya siswa tunarungu di kelas. Hal itu mengakibatkan kemungkinan mereka memiliki teman dan bersosialisasi dengan orang lain dari kelompok sebaya sangat terbatas setiap hari. (Barry, 2021).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun