KESEIMBANGAN ANTARA IBADAH DAN MUAMALAH
Keseimbangan antara ibadah dan mua'malah atau antara dunia dan akhirat. Keseimbangan antara dunia dan akhirat mungkin hal yang sering kita lupakan, menyeimbangkan kehidupan dengan dunia dan akhirat dengan menjadikan akhirat sebagai tujuan hidup serta menjadikan dunia sebagai jalan menuju kualitas yang baik di akhirat.
Sesuai dengan firman Allah SWT yang artinya :
"Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuatbaiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan.'' (QS. Al-Qashah :77)
Adapun dua gmacam manusia sebagai berikut
Golongan yang pertama banyak yang hanya fokus pada dunia padahal beribadah merupakan hal yang sangat Allah cintai baik dari segi perkataan atau perbuatan lahir maupun batin. Golongan ini merupakan orang-orang yang memuaskan dirinya melalukan segala hal untuk dunia semata-mata dunia ini kekal, memfokuskan diri dengan dunia tanpa melibatkan Allah, menjadikan dunia adalah hal paling berharga. Tidak sekalipun mengerjakan shalat, bersedekah kepada anak yatim piatu, tidak berbakti kepada orang tua, hanya mementingkan diri nya sendiri. Adapun orang yang mementingkan dunia sampai menganggap bahwa hal-hal yang allah haramkan bisa menjadi halal, seperti murtad, mengambil hak orang lain, mabuk. biasanya orang dengan golongan ini Allah berikan semua nikmat di dunia tanpa terkecuali, tetapi tetap harus mempertanggung jawabkan semua perbuatannya di akhirat.
Sebagaimana firman Allah di dalam Al-Qur'an :
"Maka ketika mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu (kesenangan) untuk mereka. Sehingga ketika mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka secara tiba-tiba, maka ketika itu mereka terdiam putus asa." (QS. Al-An'am : 44)
Di ayat tersebut bisa juga di sebut dengan Istidraj, adzab yang berbentuk seolah-olah semua itu nikmat, azab pula tidak selamanya tentang bencana alam, kemiskinan, azab paling buruk ialah kita lalai dengan dunia sampai dunia membuat kita lupa siapa pencipta kita. Dan fase dimana allah memberikan azab kepada mereka itu bisa di dunia dan di akhirat.
Dan yang kedua yaitu orang-orang yang berfokus hanya kepada akhirat tanpa mementingkan dunianya, seluruh usaha yang dilakukan hanya beribadah kepada Allah, hanya untuk keselamatan akhirat, tetapi melupakan dunianya. Bahkan tidak peduli dia sudah makan atau tidak, dia tidak peduli punya rumah mewah atau tidak, dia yang tidak peduli apakah  punya kendaraan atau tidak, yang terpenting akhirat masuk surga.
Ada pula di jelaskan pada ayat Al-Qur'an :
"Dan, carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (pahala) negeri akhirat, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia. Berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi." (Al-Qashash : 77)
Yang di maksud ayat di atas bisa di ambil contoh dari kisah, Robohnya Surau Kami yang ditulis sastrawan Ali Akbar Nafis diceritakan bahwa ada seseorang pemimpin rumah tangga atau seorang suami yang hanya berfokus pada dirinya sendiri dengan akhiratnya tanpa memperhatikan anak-anak dan istrinya tidak menyuruh anak nya shalat mementingkan dirinya sendiri tidak bertanggungjawab pada anak istri serta Masyarakat sampai allah masukkan ia ke dalam neraka.
Di dalam surat At-Tarim Allah berfirman :
"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan." (QS At-Tarim : 6)
Ayat tersebut menjelaskan Allah sangat menyukai orang yang beribadah yang taat pada allah, akan tetapi ke imanan itu hanya ada pada dirinya sendiri tidak di amalkan dengan mengajari anak istrinya atau kepada sesama manusia.
Keseimbangan antara ibadah dan muamalah memang harus kita perhatikan, hidup bukan hanya untuk dunia tapi juga akhirat, akhirat bukan hanya tentang surga dan neraka tetapi juga tentang amal shaleh yang kita lakukan di dunia. Membuat segala perkerjaan dengan atas keridhoan allah, menikmati dunia karena di berikan dari Allah, menjadikan Al-Qur'an dan Hadist sebagai pedoman hidup dan wahyu dari Allah. Oleh karena itu berusahalah untuk memperbaiki ibadah kepada Allah dan Muamalah kepada sesama manusia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H