Mohon tunggu...
Faiza Luthfillah
Faiza Luthfillah Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa UPI Kampus Tasikmalaya

Penulis amatiran

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Bagaimana Pengaruh Asupan Gula Berlebih terhadap Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia Dini?

27 Oktober 2024   15:03 Diperbarui: 27 Oktober 2024   15:10 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemberian gula berlebih pada anak usia dini cenderung memberikan dampak negatif terhadap perkembangan fisik motorik anak, hal tersebut memiliki pengaruh yang besar terutama dalam aktivitas sehari-harinya. Perkembangan fisik motorik termasuk ke dalam perkembangan yang paling menonjol dan nampak dari setiap individu, maka dengan adanya ketidakmampuan anak melakukan kegiatan fisik akan menimbulkan pandangan negatif pada diri anak.

Perkembangan fisik motorik merupakan proses tumbuh kembang anak yang mana setiap gerakannya akan menunjukkan kemampuan anak. Fisik motorik dibagi menjadi 2 jenis yakni motorik kasar dan motorik halus.

Motorik kasar merupakan gerakan tubuh yang cenderung menggunakan seluruh anggota tubuh atau terkoordinasinya otot-otot besar dan urat syaraf dalam tubuh. contohnya seperti kegiatan berdiri, berjalan, berlari, menendang, menangkap sedangkan, motorik halus adalah gerakan tubuh yang dihasilkan dari terkoordinasinya otot-otot kecil dan urat syaraf dalam tubuh contohnya seperti kegiatan menyentuh, memegang, menulis.

Pertumbuhan dan perkembangan fisik motorik setiap individu anak mengalami proses yang berbeda-beda. Banyak hal yang menjadi faktor dari keterhambatan ini salah satunya yakni disebabkan oleh asupan nutrisi yang kurang seimbang seperti terlalu banyak mengkonsumsi makanan atau minuman yang mengandung gula berlebih.

Jika pengonsumsian ini dilakukan secara terus menerus dapat menjadi penumpukkan kalori yang dimana akan mengganggu terhadap potensi keterampilan motorik yang dimiliki anak, seperti hal nya anak menjadi malas dan kurang memiliki hasrat untuk banyak baergerak yang disebabkan oleh asupan yang mengandung gula berlebih tersebut.

Secara teoretis, perkembangan fisik motorik pada Anak Usia Dini dapat dikatakan ideal itu tergantung bagaimana kondisi kematangan otot dan syarafnya. Selain itu, perubahan pada fisik anak juga dapat mengikuti perubahan sesuai dengan fase perkembangannya.

Pada usia pra-sekolah, anak-anak cenderung memiliki energi yang banyak untuk melakukan berbagai aktivitas termasuk pada aktivitas untuk mengembangkan kemampuan fisik motoriknya, baik motorik kasar maupun halus.

Berdasarkan Permendikbud RI Nomor 137 Tahun 2014 bahwa kondisi ideal tingkat pencapaian perkembangan fisik motorik kasar anak usia 5-6 tahun antara lain meliputi melakukan gerakan tubuh secara terkoordinasi untuk melatih kelenturan, keseimbangan, dan kelincahan; melakukan koordinasi gerakan mata-kaki-tangan-kepala dalam menirukan gerakan tarian atau senam; melakukan permainan fisik dengan aturan; terampil menggunakan tangan kanan dan kiri serta melakukan kegiatan kebersihan diri.  

Banyak hal yang menjadi permasalahan pada perkembangan fisik motorik AUD, permasalahan tersebut kemungkinan muncul baik dari internal ataupun eksternal. salah satunya yaitu pada pemberian makanan dan minuman yang mengandung gula berlebih yang dipengaruhi oleh pola asuh yang diterapkan orang tua.

Makanan dan minuman yang mengandung gula berlebih kini menjadi suatu hal yang sering dijumpai oleh berbagai kalangan, termasuk anak-anak yang masih berusia dini. makanan dan minuman tersebut biasanya dikemas dengan kemasan yang menarik sehingga dapat menarik perhatian para masyarakat.

Pemberian makanan ini biasanya terjadi karena minimnya wawasan yang dimiliki oleh para orang tua. biasanya ketika anak mengalami tantrum, yang terpikir dibenak para orang tua yaitu berupaya memberikan rayuan dengan mengiming-imingi makanan manis yang dikemas dengan kemasan yang menarik agar mereka dapat kembali tenang.

Anak usia dini di Indonesia sebagian besar telah mengenal berbagai macam makanan kemasan yang disajikan dengan kemasan yang menarik, dan tidak jarang pula mereka mengkonsumsinya. Secara tidak disadari kebiasaan ini dapat menghambat bahkan merusak kecerdasannya apalagi pada anak yang masih berusia dini termasuk pada kecerdasan kemampuan fisik motoriknya.

Dari seringnya mengkonsumsi makanan dan minuman yang mengandung gula berlebih, hal ini dapat menimbulkan dampak yang serius. Tidak sedikit anak-anak di Indonesia yang mengalami obesitas akibat dari tidak seimbangnya antara masuknya kalori yang dibutuhkan oleh tubuh dengan kalori yang dikeluarkan dalam waktu yang lama, sehingga terjadi penumpukan lemak.

Dengan terjadinya obesitas, anak-anak dapat merasa malas untuk banyak bergerak dan mengalami kesulitan dalam beraktivitas karena keterbatasan dalam menggerakan fisik motoriknya. Begitupun dalam melakukan aktivitas motorik kasar, seperti hal nya dalam melakukan kegiatan yang mengharuskan mereka berlari, ketika mereka berlari akan merasakan berat dan adanya tekanan yang besar pada kaki. Selain itu, walaupun hanya diajak berjalan dalam jarak yang lumayan sedikit jauh, anak-anak yang mengalami obesitas akan merasa engap pada saluran pernapasannya atau bahkan bisa sampai pemburukan asma.

Obesitas memiliki pengaruh terhadap motorik kasar dan keseimbangan pada tubuh anak sehingga anak yang memiliki ganguan obesitas tidak dapat disamakan kemampuannya dengan anak yang tidak memiliki gangguan obesitas.

Kebiasaan yang diterapkan oleh sebagian besar para orang tua di Indonesia melalui pemberian asupan makanan dan minuman yang mengandung olahan gula berlebih ini menghasilkan pengaruh yang negatif terhadap perkembangan motorik kasar anak usia dini. Pentingnya peran orang tua sebagai figur utama yang memiliki peran besar bagi anak perlu memiliki wawasan yang luas dan perhatian yang besar dalam memastikan pemberian asupan yang benar agar fisik motorik anak dapat berkembang secara optimal

Selain itu, masyarakat semestinya lebih memperhatikan pemberian asupan yang mengandung komposisi yang benar dan seimbang bagi kebutuhan tubuh anak, permasalahan ini perlu ditanggapi dengan serius melalui penyelenggaraan pertemuan rutin oleh pihak pemerintah setempat agar para orang tua lebih bijak lagi dalam hal pemberian asupan kepada anak yang selama ini dinormalisasikan selain itu perlu adanya hubungan antar Lembaga pendidikan dengan ahli kesehatan setempat untuk mengecek kesehatan dan tumbuh kembang anak secara berkala.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun