Mohon tunggu...
faizal ikbal
faizal ikbal Mohon Tunggu... Penulis - Saya senang menulis

Mengamati fenomena empiris dan merangkainya dengan kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Gadget

Kekerasan Pada Emoji

3 Februari 2022   06:00 Diperbarui: 3 Februari 2022   06:06 857
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejak dunia berada di fase krusial pandemi covid-19, platform-platform media sosial menemukan momentum terbaiknya. Kebijakan Pelarangan keluar rumah (stay at home) memberi jalan mulus membludaknya pengguna media sosial seperti Facebook, Twitter, Whatshap, dan lainya.

Dari sekian media sosial yang ada, Platform buatan Mark Zuckerberg (Facebook) memiliki tingkat ukopansi yang masih sangat tinggi di dunia dengan jumlah pengguna aktif bulanan (monthly active user/MAU) sebanyak 2,7 miliar pengguna per 25 Januari 2021. (kutip: Katada.id).

Di Indonesia, ada 140 juta pengguna facebook yang sering mengakses dengan mengunakan perangkat mobile (smartphone). Kalau dilihat, dari total durasi penggunaan facebook, rata-rata 17 jam  per bulan dan itu di dominasi generasi milenial dengan rentan usia 25-34.

Sebagai platform media sosial yang populer di indonesia, Facebook menyediakan kurang lebih 10 fitur yang mudah diakses oleh siapapun, termasuk fitur reaction (emoji-emoji) yang berada tepat di kolom likes beranda Facebook. 

Sejak 2016 diluncurkan, fitur ini dimaksud dapat saling memberi ekspresi pada unggahan Foto-video atau pun status (teks) yang di posting para pengguna facebook.

Ketika dilihat, terdapat enam emoji yang berjejeran. antaranya, emoji love (super), emoji peluk love (peduli), ketawa, heran, nangis, dan marah. Kesemuanya, diinterpretasikan sebagai bentuk pesan komunikasi yang mengarahkan antar sesama pengguna berada pada satu konteks kesamaan makna dalam berkomunikasi.

Misalnya, ada unggahan foto atau video sedang berduka dilengkapi dengan caption '' Innalillahi Wainalillahi Rojiun.'' Lalu, kita ingin menunjukkan rasa empati kita dengan pesan yang ada, cukup dengan memencet emoji nangis dan atau emoji peduli. hal itu, sedang menegaskan perasaan yang sama dalam pesan itu.

Secara akademik, mungkin kita akan dihubungkan dengan disiplin ilmu semiotika komunikasi yang melihat emoji sebagai tanda (Sign) yang dirancang untuk menunjukkan reaksi psikologis dan fisiologis pada postingan pengguna facebook tertentu.

Dalam buku Marcel Danesi yang berjudul '' messages,sign,and meaning ''(2004). Memberi penjelasan bahwa tanda (sign) adalah segala sesuatu yang merepresentasikan sesuatu. misalnya warna.

Artinya, pada warna tidak hanya di kategorikan sebagai tanda karena ia muncul sebagai representasi susunan rona pada spektrum cahaya yang menjadi ciri untuk menuntun kita memberi nama pada warna. Melainkan itu, warna juga dapat dipersepsikan sebagai '' penanda '' sesuatu.

Selanjutnya pada komunikasi virtual, emoji menjadi representasi penanda yang memiliki makna signifikansi dengan unggahan pada media sosial Facebook. 

Pengondisian bentuk emoji beragam ekspresi dan emosi itu, memungkinkan pengguna  memposisikan pesan pada postingan dan tanda (emoji) yang di berikan untuk merespon harus benar-benar memiliki kesamaan makna. Karena emoji  memberikan transaksi makna, seolah--olah komunikasi virtualitas tersebut berlangsung dalam pertemuan nyata.

Sekarang kita amati, kekeliruan pada akun facebook masing-masing, masih terdapat pemilik akun facebook yang salah menekan simbol emoji dalam rangka merespon status seseorang yang diunggah.

Yang kerap kita temukan adalah status bertuliskan '' Innalillahi Wainalillahi Rojiun'' dilengkapi dengan foto suasana lagi berduka. akan tetapi, tanggapan yang bermunculan lewat emoji justru simbol like dan super.

Perasaan yang tadinya, turut berduka atas musibah yang ditimpah tersebut, berubah menjadi sesuatu yang berlebihah dan seram. karena simbol like, dan super, dimaknai sebagai sesuatu yang disukai atau pun sangat suka pada objek postingan tertentu.

Sebaiknya, pengguna  memilih emoji sedih atau pun emoji peduli, untuk merespon postingan seperti status yang dimaksud diatas. Kalau tidak, kita bisa saja dengan keras memberi dugaan kepada meraka yang merespon dengan memilih emoji like atau super, sangat berbahagia dengan kepulangan (meninggal) orang yang menjadi objek postingan tersebut.

Hal ini, yang dianggap sebagai kekerasan pada emoji, karena setiap emoji yang dipilih akan selalu memunculkan reaksi dari pemilik postingan.

Para ahli psikologi dan Psikiater, telah menyepakati bahwa simbol emoji mewakili kata-kata dan sudah pasti ada kaitanya dengan reaksi orang-orang. Bukti dari adanya reaksi adalah kita akan selalu melakukan pengecekan terhadap postingan yang kita unggah di facebook, berapa orang yang berkomentar di kolom postingan, berapa orang yang respon dengan emoji dan seterusnya.

Bila dalam postingan kita ditanggapi dengan mengunakan emoji yang tidak konteks, maka akan mengundang misinterpretasi terhadap orang itu. Mungkin, dia lagi berada di zona yang serba tegang (suasana hidupnya kurang beruntung) atau dia murni gangguan mental. 

Yang jelas, fitur reaction (emoji-emoji) di media sosial facebook sebenarnya, bentuk mediasi untuk mewakili ekspresi dan emosi dalam bermedia sosial. untuk itu butuh kecakapan pengguna menempatkan emoji selaras dalam merespon konten postingan, sehingga tidak mengundang bias interpretasi antara komunikator dan komunikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun