Proses politik yang menghasilkan produk negatif seperti koruptor, penyuap, dan penyeleweng dalam dugaan penulis disebabkan oleh sistem politik yang buruk. Ada beberapa negara yang mengubah sistem politiknya. Sehingga sistem politik yang tadinya menghasilkan produk negatif menjadi menghasilkan produk positif. Kalau pemerintah lebih banyak menghasilkan prestasi daripada masalah, akan berdampak pada pemberitaan yang positif. Politik disajikan oleh media informasi sebagai suatu hal yang positif. Yang pada akhirnya merubah stigma menjadi citra baik.Â
Selain sistem, tingkat pendidikan masyarakat itu sendiri juga berpengaruh terhadap citra politik. Karena citra diciptakan oleh masyarakat, mereka yang memutuskan suatu hal memiliki citra buruk atau baik. Pemahaman yang dangkal membuat orang tidak bisa memahami sesuatu secara mendalam. Akhirnya sesuatu yang pada permukaannya negatif akan dipandang negatif secara keseluruhan, tanpa mempedulikan aspek-aspek lain.Â
Namun, yang penulis tekankan di sini bukanlah pendidikan secara kuantitatif, meliputi jenjang pendidikan SD, SMP, SMA, dan seterusnya. Karena pemahaman secara kuantitatif akan menghasilkan generalisasi-generalisasi yang kurang tepat. Seperti anak SD pasti lebih bodoh dari anak SMP, anak SMA lebih pandai dari anak SMP, dan seterusnya.Â
Yang penulis tekankan adalah pendidikan secara kualitatif, meliputi ketajaman analisa, keluasan wawasan, pemahaman yang mendalam dan seterusnya. Di mana, hal-hal itu tidak melulu hanya didapatkan dalam lingkungan pendidikan formal. Penulis banyak menjumpai orang-orang yang boleh dikatakan pandai secara pendidikan formal, tapi di luar lingkungan pendidikan formal bisa dikatakan bodoh dalam tindakan, keputusan, maupun pemikiran.Â
Jika tingkat pendidikan seseorang sudah mapan, sudah barang tentu dia bisa memilah-milah apapun yang masuk dalam pikirannya. Serta berani merumuskan sikap tersendiri, tidak cuma mengikuti arus publik saja. [Februari, 2022]
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI