"Gua kok susah banget bangun sebelum shubuh sih Gus, padahal udah nyengajain tidur jam sepuluhan, tapi tetep aja. Kalau ngga keblablasen, palingan ya bangun trus tidur lagi ." kata Randal dengan logat yang sok gaul di tengah keseruan main ML nya.
Gus Jek tersenyum.
"La wong kemauannya juga ga ada Ndal, gimana mau bangun," nyletuk Gus Jek sembari membuka-buka buku muqorrornya.
"Ini seriusan Gus, gua tuh udah maksa, pengin bangun-bangun, tapi ga bisa-bisa. Padahal udah doa terus, tapi tetep aja, syetannya kentel banget,"
"Kalau udah maksa ya ga bakalan gitu lah, Ndal" kata Gus Jek sambil mengambil stabilo untuk menandai kalimat yang penting di muqorrornya.
Randal terdiam, dengan bahasa tubuh yang seakan mengatakan, "Njirr.. iya juga ya"
Melihat keprihatinannya, Gus Jek mencoba sedikit lebih serius menanggapi pernyataan Randal yang sedang push reng itu, sehingga tak sedikit terdengar kata mutiara "enemihas bin slank, enemihas bin slank".
"Sini-sini Ndal, ane ceritain guru ane yang udah pro akan hal ini, beliau masyaallah banget pokoknya, ga diraguin lagi lah, mau nggak?"
"Iya, iya mau banget, bentar gus, bentar, dikit lagi nih, lagi rame," kata Randal sambil menggoyang-goyangkan tubuhnya mencerminkan keseruan game.
Satu jam kemudian ....
"Gmana gus, cerita guru antum tadi, ceritain dong," pinta Randal, mendatangi Gus Jek dengan tampang yang ngeselin dan ngga memperlihatkan rasa bersalah.