Ya itu tadi. Ruang-ruang terbuka seperti Setigi perlu dibuka untuk memberi nafas ruang berpikir masyarakat. Sudah sebulan lebih loh masyatakat dalam anjuran berdiam diri di rumah.
Lantas, langkah apa untuk mengantisipasi Covid-19?
Nah, di sinilah poin adaptasinya. Ia pun memastikan, bila nanti dibuka, akan menyajikan konsep wisata bersih dan sehat. Artinya, protokol Covid-19 akan benar-benar diterapkan.
Seperti apa saja itu?
Misal, beberapa spot yang ramai pengunjung, salah satunya danau, akan diterapkan physical distancing. Pihaknya akan memasang tanda jaga jarak seperti di shaf-shaf masjid atau pasar yang menerapkan physical distancing.
Lalu, ia pun menyampaikan, akan memasang ratusan tempat cuci lengkap dengan sabunnya. Tak hanya di spot-spot. Tapi juga di pinggir-pinggir jalan.
"Intinya, akan penuh dengan nuansa edukasi kesehatan," tegasnya.
Agar memastikan lokasi steril, ia pun akan mengecek pengunjung yang akan masuk. Serta, akan membatasi jumlah pengunjung setiap harinya agar terkonfirmasi physical distancing bisa diterapkan cukup.
"Terlebih, wisata Setigi itu di bawah terik matahari. Wisata alam yang terbuka," tambahnya, yakin.
Nah, agar semakin memastikan komitmennya mengantisipasi penyebaran Covid-19, pihaknya pun mengusulkan nantinya pengunjung hanya akan dibatasi warga lokal Gresik. Atau bahkan, agar semakin terlokalisir, diperuntukkan warga yang berbatasan dengan Ujungpangkah saja dulu, seperti Panceng, Dukun, dan Sidayu.
Dengan demikian, ia bisa terus menggerakkan ekonomi desanya, namun tidak meninggalkan esensi dari PSBB itu sendiri, yakni untuk mencegah penyebaran Covid-19. Dengan melakukan berbagai upaya pembatasan berlapis.