Karena itu, saya kira relevan bila ide Kades Sekapuk itu dipertimbangkan.
Tidak ada salahnya bila pemerintah daerah mulai memikirkan untuk melonggarkan beroperasinya tempat wisata. Terutama wisata yang memiliki dampak ekonomi menyebar seperti Setigi.
Benar, bahwa pemerintah telah menggelontorkan anggaran jaring pengaman sosial untuk masyarakat berbentuk uang tunai. Harapannya, menjaga daya beli atau konsumsi rumah tangga yang memiliki kontribusi tertinggi dalam pembentukan ekonomi.
Masalahnya, bukankah uang senilai itu hanya mampu menjadi penahan agar daya beli tidak semakin merosot? Belum lagi soal data dan tepat sasarannya. Bila salah atau tumpang tindih penerima, maka tidak akan berdampak signifikan. Karena yang disasar ialah daya beli masyarakat menengah ke bawah.
Nah, oleh sebab itu, yang dibutuhkan saat ini adalah inovasi kebijakan setelah melalui tahap pertama PSBB ini. Kini, harus lebih progresif dengan mulai menyasar menggerakkan ekonomi.
Salah satunya di sektor pariwisata.
Kata Pak Kades malam itu: "Wisata itu harus dibedakan. Dipilah. Tidak bisa disamaratakan. Lebih-lebih wisata desa, yang itu lingkupnya lebih kecil dan terbatas."
Beradaptasi
Saya mencatat. Ia menyatakan beberapa statement menarik. "Mari menghadapi pandemi ini dengan bahagia," ungkapnya.
Ucapan itu menyiratkan pesan, bahwa yang dihadapi masyarakat kini adalah kejenuhan, bahkan ketakutan. Dinding-dinding kegelisahan itu kian meninggi. Karena itu, perlahan harus mulai dirobohkan.
Caranya bagaimana?