Kita harus sering jalan-jalan. Ke panti, terminal bis ataupun tempat wisata yang mereka sebut tempat udik.Â
Banyak pelajaran yang bakal kita dapat. Bapak-bapak yang memilih berjualan asongan, kripik-kripik, dan berjualan semampu mereka ketimbang bersekongkol dengan temannya untuk membawa kabur seorang anak. Ibu-ibu yang berjualan otak-otak dan mengedarkan tikar.
Aku selalu ingat ibu ataupun bapak saat mereka bekerja. Mencari nafkah dengan jalan seadanya, sebisa mereka, modal dan tenaga. Pilu. Bukan kerja remeh.
Setiap bis masuk terminal, mereka berlarian mencari pintu masuk, menawarkan segala yg mereka bawa dari pengepul. Dari ujung sampai ujung mereka berteriak, "air!" Dengan dipikul dalam kondisinya yang tua.Â
Yang tentu, malam hari mereka mengaduh pada istri atau anaknya agar dipijiti.Â
Pulang dengan penghasilan secukupnya, istirahat. Kemudian saat mentari mulai menyapa, kembali lagi seperti itu. Dan esoknya. Lalu esoknya. Lalu mati.
_______
3 Januari 2020
Terminal Pakupatan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H