Di dalam beberapa buku yang saya baca tidak ada definisi rigid ihwal terorisme, tapi arahnya tetap sama yakni upaya atau aksi untuk menciptakan ketakutan baik secara personal tidak/ter-organisir maupun komunal yang terorganisir. Ada banyak alasan kenapa seseorang melakukan aksi terorisme. Saya mengutip dalam buku Jaringan Baru Teroris Solo karya Fajar Purwawidada bahwa penyebab terorisme diantaranya:
1. Penyebab Primer (Sosial-Politik)
2. Penyebab Sekunder
3. Peyebab Tersier
Lebih lanjut beliau menjabarkan bahwa pertama, penyebab primer adalah adanya masalah atau konflik politik baik konflik global maupun konflik nasional. Kedua, penyebab sekunder adalah perluasan dari penyebab primer, seperti afiliasi agama, tafsir kitab suci, dan paham yang kolot. Ketiga, penyebab tersier adalah kondisi yang sebenarnya tidak bersentuhan langsung tapi memberikan kontribusi terhadap penyebab primer dan penyebab sekunder, seperti keinginan bakas dendam, pengaruh media, dsb.
Tapi dari semua itu, sungguh tidak ada kaitannya antara terorisme dengan satu agama (tertentu). Saya mengutip dari buku Adian Husaini dalam Wajah Peradaban Barat bahwa rekayasa informasi global itulah yang sekarang terus berlangsung, melalui media massa global masyarakat global diberi ketidakberdayaan (disempowerment) dalam berbagai hal mengahadapi informasi. Inilah paradoks terorisme. Seolah-olah ada kaitannya dengan agama (tertentu).
Bilver Singh dan Abdul Munir Mulkam menjelaskan dalam bukunya Jejaring Radikalisme Islam di Indonesia bahwa teologi teror yang dipahami oleh penganutnya adalah semua selain diri dan kelompoknya adalah salah dan wajib dihancurkan.
Brenton Tarrant
Selandia Baru yang menurut data merupakan salah satu negara dengan indeks keamanan yang tinggi, kecolongan oleh Brenton Tarrant dan segenap kelompok yang menganut paham supremasi ras.Â