Mohon tunggu...
Faith Silmi
Faith Silmi Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Wajah Dunia dan Indonesia: Paradigma Radikal dan Esensinya

23 Januari 2016   15:49 Diperbarui: 24 Januari 2016   00:07 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dunia, belakangan menggambarkan fenomena baru dalam peran protagonis dan antagonis. Di Indonesia, era orde baru mencoba menyiratkan kedua peran ini lewat penokohan komunisme sebagai peran antagonisnya, dan pemerintah tentunya sebagai si protagonis. Dampaknya, kehidupan masyarakat Indonesia tergiring menjadi salah satu anti komunis di dunia.

Namun, wajah dunia dan Indonesia hari ini mulai berganti, masuk kedalam suasana peran yang baru dari konfliknya. Si antagonis saat ini mulai disandang mereka yang dinamakan kelompok radikal, dan protagonisnya, digambarkan sebagai kesatuan masyarakat dunia. Dampaknya pun tak kalah masif, agama yang dijadikan klaim kelompok radikal ini: Islam, mengalami pencemaran nama baik dan persepsi yang kurang sesuai. Kajian Islam di sekolah dan kampus pun mulai diawasi ketat, orang yang sekedar berjenggot bercelana cingkrang dicurigai, gema takbir yang lantang dianggap mengundang provokasi, pengucapan jihad dan khilafah yang di masa Rasulullah adalah hal penting menjadi momok yang menakutkan bagi mereka yang kurang mengerti esensinya, padahal tidak ada yang salah dari itu semua, hanya sebuah kesan kurang baik yang terbangun menyebabkan hal - hal berbau Islam agak dihindari.

Masyarakat hari ini menjadi sangat akrab dengan istilah Islam Radikal. Dua kata ini disematkan kepada mereka yang mencoba meneror dunia dengan mengklaim dirinya membela Islam, mengatasnamakan Islam sebagai motif mereka.

Radikal. Kata satu ini memiliki dampak yang sangat dalam bagi masyarakat. Beberapa hari lalu ketika membaca koran, kata ini muncul di headlinenya, dalam hati pun Saya bertanya, “Apa artinya? Apakah sebegitu menakutkannya?”

Beruntungnya, kata ini tercantum dalam KBBI. Dalam versinya, KBBI online mengartikan kata “Radikal” sebagai :

1. Secara mendasar (sampai kepada hal yang prinsip).

2. Amat keras menuntut perubahan (undang - undang, pemerintahan) *ini makna “radikal” dalam hal politik.

3. Maju dalam berpikir dan bertindak.

Sekarang, apa yang kita rasakan ketika mengetahui makna sebenarnya? Sebuah pergeseran makna telah terjadi yang membuat kata ini menjadi menakutkan. Jika dilihat, hanya radikal secara makna politik yang terdengar garang. Bahkan dengan menggunakan makna kedua, peristiwa 98 pun adalah bentuk aksi radikal yang menghasilkan tergusurnya rezim orde baru, padahal aksi itu adalah salah satu tonggak keberhasilan pembangunan demokrasi di negeri ini. Maka, secara keseluruhan tidak ada yang harus ditakuti dari kata ini.

Masalahnya adalah, ada hal yang menjadikan radikal sebagai sebuah momok yang anti bagi masyarakat. Terlebih apabila kata ini dikaitkan dengan Islam. Dan lahirlah, Islam Radikal yang begitu menggebu ditakuti masyarakat.

Padahal apabila menilik arti katanya, menjadi Islam haruslah Radikal dalam pengertian “secara mendasar (sampai kepada hal yang prinsip)”, menyeluruh sampai mengakar kuat di hati, lisan dan tindakan. Islam yang mendasar sampai kepada hal yang prinsip yang akan menghasilkan pemahaman agama yang benar dan tidak menimbulkan aksi yang terjadi belakangan ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun