Mohon tunggu...
Fais Alamsyah
Fais Alamsyah Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Kerokan Datang, Masuk Angin Hilang

24 November 2017   17:45 Diperbarui: 25 November 2017   11:35 1403
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuk itu, saya akan menjawab alasan-alasan tersebut. Penilaian terhadap praktik kerokan sebagai aktifitas membuang waktu dan tenaga adalah keliru. Sebelum mengenal kerokan, saya cenderung minum obat yang tersedia di toko-toko maupun apotik. Cukup instan, beli-minum obat-tidur. Mereka yang tidak melakukan kerokan tidak akan mempunyai momen ngobrol panjang dengan orang lain. Kerokan akan mendekatkan kita pada seorang 'pengerok' yang bisa jadi teman kita, tetangga, saudara atau keluarga kita.

Lalu, ketika orang melihat bekas kerokan sebagai hal yang memalukan, saya dan teman-teman sebaliknya. Kami tertawa bersama. Inilah momen yang sangat mengakrabkan. Tentu tidak akan kita temui saat minum obat.

Alasan terakhir orang enggan kerokan karena tidak ilmiah. Hal ini dibantah oleh dr.  Didik Gunawan Tamtomo melalui penelitian yang ia lakukan. Selain tradisi lokal yang harus kita jaga, kerokan menyehatkan. Sebagai catatan, dr. Didik melarang kerokan di leher bagian depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun