Mohon tunggu...
Faisol  rizal
Faisol rizal Mohon Tunggu... Freelancer - akademisi, penulis lepas

Berbahagia dengan Membaca, Berbagi dengan Menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Desa Wisata: Tak Sekedar Wisata Pedesaan, Pentingnya Peran Pemuda dan Kolaborasi

9 November 2022   11:53 Diperbarui: 9 November 2022   12:01 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

'Pulanglah ke Desa, Membangun Esok Hari, Kembali ke Huma Berhati'. Beberapa bait tersebut adalah bagian akhir dari puisi yang berjudul "Apa Ada Angin di Jakarta" karya Umbu Landu Paranggi".

Bait puisi tersebut memiliki arti cukup dalam dan bisa dijadikan motivasi bagi pegiat pembangunan desa. Sepertinya memang benar bahwa untuk mencapai ketenangan dan kesejahteraan, desa bisa dijadikan gerbang utama. Di desa bisa kita temukan berbagai kearifan lokal yang tidak bisa kita temukan di perkotaan. Bahkan di setiap desa memiliki kearifan lokal yang berbeda dengan desa lainnya. Setiap desa memiliki karakternya yang jika semua itu dikembangkan dan diberdayakan dengan baik, maka desa adalah primadona pembangunan Indonesia.

Indonesia memiliki potensi besar berjaya dengan kearifan lokalnya yang berakar dari desa-desa-desa yang ada. Salah satu bentuk potensi nyata yang sudah terbukti adalah desa wisata. Sebagai salah satu ragam wisata yang masuk dalam katagori culture tourism, terbukti bahwa ragam wisata ini merupakan salah satu wisata yang menarik turis mancanegara terbesar dibandingkan dengan ragam wisata lainnya.

Potensi yang tidak kecil ini harus mampu dimanfaatkan dengan semestinya karena akan memberi dampak yang luar biasa. Desa wisata hadir untuk membangun dan mensejahterakan masyarakat desa. Jika banyak desa yang mampu memanfaatkan potensi desanya, maka tentu saja sektor ini bisa menjadi sumber pendapatan warga desa serta menjadi kontributor perekonomian dan penyumbang devisa bagi negara.

Lantas, bagaimana cara mengembangkan desa wisata dan siapa saja penggeraknya agar cita-cita untuk mewujudkan desa wisata bisa tercapai? Apakah desa wisata cukup dibangun dengan menciptakan wisata pedesaan? Atau lebih dari itu? Check this out!

Wisata Pedesaan vs Desa Wisata

Berbicara mengenai desa wisata, salah kaprah jika bayangan yang muncul di benak pembaca sekalian hanya sebatas berwisata ke desa. Desa wisata bukan suatu aktivitas yang misal kita lakukan saat weekend, pergi ke puncak bogor, menikmati pemandangan, berfoto-foto kemudian pulang. Jika pembaca sekalian kebetulan pernah berlibur di daerah pedesaan yang asri dan indah, mungkin sebenarnya yang kalian lakukan adalah healing bukan pergi ke desa wisata.

Desa wisata lebih dari sekedar wisata pedesaan, yaitu terintegrasinya atraksi wisata yang dibarengi amenitas dan fasilitas. Selain itu, desa wisata juga terintegrasi dengan kehidupan masyarakat, bersatu dan harmonis dengan adat wisata. Desa wisata membaurkan para wisatawan dengan kegiatan alami warga setempat untuk merasakan wisata desa yang sebenarnya. Desa wisata tidak hanya menawarkan tempat untuk dikunjungi, berfoto dan pulang. Tetapi juga harus ada informasi, pengalaman, pengetahuan, dan ikatan yang terbentuk di benak wisatawan.

Dilihat dari sudut pandang warga lokal, desa wisata dipandang sebagai suatu pariwisata yang lahir dari, oleh dan untuk desa. Desa wisata tidak hanya sekedar mensejahterakan masyarakat desa. Komunikasi dan hubungan yang terjadi antara warga desa dan wisatawan yang datang juga untuk mencapai kesejahteraan yang sesungguhnya. Kedua pihak saling berinteraksi untuk berembira dalam kebersamaan dan bersama dalam kegembiraan. Nilai-nilai kearifan lokal tumbuh dan berkembang besar di desa dikemas sedemikian rupa agar bisa menjadi sesuatu yang bisa diperoleh wisatawan. Di desa wisata, wisatawan dapat merasakan secara langsung kearifan lokal, belajar berkegiatan seperti masyarakat, serta menikmati kesenian dan hasil kerajinan maupun kuliner warga setempat. Tentunya, di desa wisata sudah didukung dengan amenitas dan fasilitas lengkap seperti homestay, pusat belanja kerajinan dan akses lokasi yang mudah.

Pemuda Penggerak Desa Wisata

Peran pemuda sebagai motor penggerak wisata desa begitu penting. Pemuda adalah sumber daya manusia potensial yang bisa diberdayakan di era media sosial saat ini. Digitalisasi desa wisata wajib dilakukan dengan tujuan agar calon wisatawan bisa menikmati desa wisata melalui konten-konten kreatif yang dibuat oleh muda-mudi desa. Melalui konten kreatif yang dibuat, pemuda harus mampu mendorong promosi desa wisata. Dalam hal ini kuncinya satu hal: sebagus apapun potensi desa kalau tidak ada wisatawan yang tau buat apa.

Selain mempromosikan desa wisata dengan konten kreatif, penggerak desa wisata khususnya para pemuda yang melek teknologi harus mampu melakukan digitalisasi yang bertujuan untuk membantu para calon wisatawan untuk mendapatkan informasi paket wisata, booking homestay, reservasi lain terkait destinasi wisata, serta kemudahan melakukan pembayaran. Tidak dapat dipungkiri bahwa hal tersebut merupakan faktor yang mempermudah wisatawan melakukan perjalanan wisata.

Secara umum, pengembangan desa wisata membutuhkan sumber daya manusia, yaitu segenap warga desa. Tokoh desa, warga desa, hingga pemuda desa harus turut berperan aktif untuk memberikan sumbangsihnya agar terwujud desa wisata yang kuat. Desa wisata yang kuat adalah desa wisata yang memiliki kekuataan internal yang kokoh sehingga muncul rasa memiliki untuk merawat dan memiliki apa yang sudah dibangun bersama.

Perlu Kolaborasi untuk Membangun Desa Wisata

Pada dasarnya, ketika kita ingin membangun desa wisata, terdapat tiga tahap yang perlu dilakukan. Tahap pertama adalah proses mengenali dan menyadari potensi, tahap kedua berupa pengelolaan sumber daya manusia, dan tahap terakhir adalah melakukan kolaborasi dengan mitra.

Proses mengenali dan menyadari potensi adalah tahap awal yang penting. Pemetaan potensi ini perlu dilakukan untuk melihat potensi apa yang dimiliki oleh desa kita untuk dikembangkan dan diberdayakan. Ketika potensi tersebut sudah ditemukan, barulah potensi tersebut ditata dan dikembangkan oleh sumber daya manusia (tim) yang solid. Kunci dari pemetaan potensi ini adalah mengenali potensi desa sendiri. Jangan ikut-ikutan atau memindahkan wisata dari daerah lain ke desa kita. Desa wisata harus menawarkan ciri khas desa terkait.

Pada tahap pengelolaan sumber daya manusia, tim penggerak desa wisata harus solid dan menghimpun segenap kekuatan warga desa. Dengan cara ini, akan terbentuk kekuatan internal yang kuat dan punya semangat memiliki. Potensi desa yang luar biasa kalau tidak dibarangi dengan SDM yang berkualitas tidak akan memberi hasil maksimal. Begitupun sebaliknya, ketika potensi desa yang luar biasa diberdayakan oleh SDM yang berkualitas, maka akan terbentuk desa wisata yang luar biasa.

Kolaborasi adalah tahap terakhir dan penting yang kadang terlewatkan. Tak sedikit desa wisata yang hidup segan matipun tak mau. Hal ini dikarenakan ketidakmampuan desa terkait mencari mitra untuk mendorong desa wisata agar lebih maju dan hidup. Desa wisata juga memerlukan mitra, yaitu stakeholder baik pemerintah atau perusahaan untuk membantu menciptakan iklim atau promosi wisata. Wujud support stakeholder tersebut seperti membantu proses sertifikasi dengan memberikan pelatihan, sarana dan lain sebagainya yang akan berguna untuk pengembangan desa wisata kedepannya.

Kita harus mengapresiasi peran stakeholder baik pemerintah maupun swasta yang bersedia berkolaborasi demi kemajuan desa wisata. Contoh kongkritnya seperti Jelajah Desa Wisata dalam rangkaian Festival Kreatif Lokal 2022 yang dilakukan oleh Adira Finance. Dalam event ini, Adira Finance sebagai mitra desa wisata turut serta membangun iklim dan mempromosikan Desa Wisata Ramah Berkendara di beberapa titik desa wisata, yaitu Desa Wisata Rejowinangun, Desa Wisata Sanankerto, Desa Wisata Carangsali, Desa Wisata karanganyar dan Desa Wisata Alamendah.

Dengan menjadikan beberapa desa menjadi mitra kolaborasi dalam Festival Kreatif Lokal, bertujuan untuk membantu mempromosikan potensi pariwisata dan ekonomi kreatif di desa wisata. Kolaborasi tersebut juga sebagai bentuk adaptasi serta pemulihan ekomomi pasca pandemi. Inisiasi Desa Wisata Ramah Berkendara juga sangat efektif untuk lebih banyak menarik minat wisatawan khususnya para penghobi touring menjadikan desa wisata sebagai tujuan wisata. Desa Wisata Ramah Berkendara terbilang baru dan memiliki konsep yang menarik. Kunjungi adira.id/e/fkl2022-blogger jika kalian penasaran apa saja yang ada di Desa Wisata Ramah Berkendara. 

Kolaborasi perusahaan dengan desa wisata seperti ini diharapkan dapat menjadi tambahan energi untuk mendorong kemajuan desa wisata. Kunci dari kolaborasi ini adalah supporting. Potensi desa sudah ada, kelompok pegiat desa wisata sudah terbentuk, atraksi wisata sudah ada, gagasan pun ada, maka pihak perusaahaan tinggal menjadi support system untuk membuat desa wisata semakin ramai dan maju. Diharapkan, dengan semakin banyak stakeholder yang bermitra dengan desa wisata, akan terwujud desa yang sejahtera untuk turut serta membangun Indonesia dari desa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun