Mohon tunggu...
Faisol  rizal
Faisol rizal Mohon Tunggu... Freelancer - akademisi, penulis lepas

Berbahagia dengan Membaca, Berbagi dengan Menulis

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Menciptakan Ketenangan Hidup dengan Mengelola Ekspektasi

31 Maret 2021   10:18 Diperbarui: 31 Maret 2021   10:26 1175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: Pexels.com)

Sudah sangat wajar jika terkadang seseorang mengalami kegundahan, kekecewaan dan ketidakpuasan dalam hidup. Hampir dipastikan semua orang pasti pernah masuk kedalam fase tersebut. 

Mulai dari bekerja siang dan malam tetapi tidak mendapatkan hasil seperti yang diinginkan, sudah belajar maksimal untuk seleksi ujian masuk PTN tetapi belum berhasil tahun ini, hingga rajin "chat" pujaan hati tetapi cuma centang biru. 

Itu semua adalah contoh sebagian dari banyak hal dari yang paling kompleks sampai dengan yang sederhana yang bisa membuat seseorang gundah, kecewa dan tidak puas.

Jika kebetulan pembaca sekalian adalah diantara orang yang sedang mengalaminya, maka pesan pertama yang saya selipkan dalam tulisan ini adalah sabar. Bagaimanapun sabar merupakan sebagian obat ampuh yang bisa kita racik sendiri, diminum kapanpun, tidak ada efek samping mengantuk, dan tidak mahal. Setelah kita berhasil sabar ketika mengalami sesuatu yang "tidak enak", minimal kita sudah berusaha menyembuhkan diri sendiri.

Selanjutnya, mari kita berbicara lebih jauh lagi mengenai pengelolaan ekspektasi diri sebagai cara ampuh untuk mencegah kegundahan, kekecewaan dan keputusasaan sebelum menjadi bola salju dalam  diri yang semakin membulat besar. Sehingga sebelum kita mencapai titik dimana harus bersabar, kita sudah selesai dengan masalah kegundahan, kekecewaan dan keputusasaan.

Mari kita ambil contoh sesederhana mungkin mengenai mengelola ekpektasi diri. Bayangkan malam ini terdapat moment penting karena anda untuk pertama kalinya akan berkunjung ke rumah kekasih anda untuk bertemu orang tuanya. Pasti mulai muncul berbagai perasaan yang bermacam-macam, seperti grogi, khawatir dan deg-degan kalau nanti orang tuanya tidak suka, tidak cocok, tidak nyambung dengan anda.

Sebenarnya perasaan yang bermacam-macam tersebut bisa dikendalikan kalau anda mau mengendalikan ekspektasi diri. Daripada berpikir yang macam-macam dan berekspektasi berlebihan seolah-olah anda bisa mendikte orang tua kekasih anda seperti yang anda mau, alangkah lebih baiknya kalau anda fokus dengan diri anda sendiri untuk menjadi versi yang terbaik.

Mandi sebelum pergi, berdandan rapi, memakai minyak wangi, dan sebaik mungkin menjaga sopan santun sudah lebih dari cukup. Ekspekatsi setinggi apapun atau kekhawatiran separah apapun mengenai yang akan datang, keduanya sama-sama merupakan suatu yang masih tidak pasti, probability, bisa terjadi dan bisa tidak terjadi.

Tentunya contoh tersebut bisa diperluas lagi. Masih banyak tantangan-tantangan lain yang harus dihadapi dan dijalani. Pada setiap tantangan itu, mengelola ekspektasi diri adalah bagian dari tantangan. 

Jatuh sebelum melangkah karena terganjal kekhawatiran parah atau terjelembab lebih dalam ketika mengalami kegagalan karena terlalu tinggi menggantung ekspektasi diri adalah musuh dalam diri yang harus juga kita waspadai.

Kelola Ekspektasi dengan Trikotomi Kendali

"Some things are up to us, some things are not up to us" [Epictetus]

Ada dua hal yang bisa kita ketahui dari kalimat diatas. Pertama, kita akan langsung terbawa masuk dan terbayang akan filsafat kuno stoa ketika tahu bahwa yang menugucapkan kalimat tersebut adalah Epictetus. Kedua, isi dari kalimat Epictetus tersebut menyeret kita untuk memikirkan kembali hal-hal disekitar kita yang bisa kita kendalikan dan yang tidak bisa kendalikan.

Makna kalimat tersebut perlu dieksplorasi karena cukup relevan jika dikaitkan dengan kehidupan kita sehari-hari yang penuh dengan tantangan dan ketidakpastian. Terlebih jika dihubungkan dengan cara berekspektasi diri yang terkadang membuat kita jatuh sebelum melangkah dan terjelembab lebih dalam ketika mengalami kegagalan.

Jika dijabarkan lebih luas, kalimat Epictetus tersebut mengajarkan kita untuk bisa membedakan mana hal yang bisa kendalikan dan mana yang tidak bisa kendalikan. Hal ini menjadi sangat penting karena jika kita terlalu ambil pusing dengan sesuatu yang diluar kendali kita, maka bersiap-siap lah untuk kecewa.

Kalimat Epictetus tersebut mengajak kita untuk fokus kepada sesuatu yang ada dalam kendali kita dan memaksimalkan apa yang masih bisa kita usahakan. Jika dihubungkan dengan cara kita berekspektasi dalam kehidupan sehari-hari, maka kita harus bisa membedakan mana action yang harus kita maksimalkan serta menyadari bahwa hasil dari action tersebut adalah sesuatu yang diluar kendali kita.

Bayangkan anda memiliki suatu tujuan dan serius menggarapnya selama bebrapa minggu siang dan malam. Saat hari yang anda tunggu tiba ternyata hasil yang keluar tidak seperti yang anda inginkan, kira-kira apa yang anda rasakan? 

Jika anda tidak pandai mengelola diri, bisa jadi anda akan berkepanjangan terkungkung dalam penderitaan. Padahal jika kita mencerna pesan Epictetus diatas, kita hanya perlu evaluasi diri dan bangkit lagi karena sadar bahwa hasil adalah sesuatu yang sepenuhnya diluar kendali kita.

Kalau memakai contoh sederhana yang awal, yaitu bertamu ke rumah kekasih anda dan bertemu orang tuanya, maka hal yang jelas berada dibawah kendali anda ada cara anda berpakaian, beribicara, dan bersopan santun. Memikirkan bagaimana nanti respon orang tuanya, suka atau tidak, cocok sama anda atau tidak adalah hal yang sebenarnya tidak perlu berlebih dipikirkan karena itu berada diluar kendali anda.

Untuk melengkapi ungkapan diatas, William Irvine dalam bukunya A Guide to Good Live: The Ancient Art of Stoic Joy memperkenalkan Trikotomi Kendali yang terdiri dari tiga hal. 

pertama, sesuatu yang bisa kita kendalikan seperti persepsi dan pertimbangan pribadi. Kedua, sesuatu yang tidak bisa kita kendalikan seperti opini dan tindakan orang lain. ketiga sesuatu yang masih ada ruang untuk kita maksimalkan seperti usaha, persiapan dan kerja keras, tetapi tetap kita tidak bisa mengatur hasilnya.

Dari Trikotomi Kendali tersebut pesan penting bagi kita adalah bijak dalam berekspektasi, kelola dengan baik apa yang dapat kita kendalikan, memaksimalkan sebaik mungkin sebagian yang masih bisa dioptimalkan dan jangan terlalu menambatkan hati kepada hal yang tidak dalam kendali kita.

Pada akhirnya, untuk mengahiri tulisan ini penulis mengajak untuk cermat dalam mengelola ekspektasi diri. Kita harus sadar bahwa terdapat hal yang bisa kendalikan dan kita maksimalkan serta terdapat hal yang tidak bisa kita kendalikan. 

Jangan sampai jatuh sebelum melangkah dan jangan sampai terjelembab lebih dalam ketika mengalami kegagalan. Jangan berlebihan mengkhawatirkan sesuatu hal serta berusaha lah selalu optimis disertai dengan rasa pasrah yang cukup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun