Mohon tunggu...
Faisol  rizal
Faisol rizal Mohon Tunggu... Freelancer - akademisi, penulis lepas

Berbahagia dengan Membaca, Berbagi dengan Menulis

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama FEATURED

Viral Marketing, Tak Sebatas Menjadi Perbincangan Publik

18 Oktober 2020   15:52 Diperbarui: 30 Januari 2021   05:58 1965
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi membuat konten marketing agar jadi perbincangan publik. (Sumber gambar: Pexels.com)

Masih ingatkah kita dengan peristiwa-peristiwa yang menjadi sorotan publik? Cobalah sesekali kita hitung berapa peristiwa yang viral di masyarakat. Mulai dari yang sederhana sampai yang tak sederhana. 

Viral terbukti mampu membuat peristiwa sederhana menjadi fenomena yang luar biasa, membuat peristiwa kelas lokal diperbicangkan orang satu negara, atau bahkan menjadi obrolan sementara dunia.

Sebagai contoh, bermacam-macam fenomena viral silih berganti dan terbukti mampu menarik perhatian masyarakat dari yang paling simpel seperti fenomena anak-anak berdiri di pinggir jalan menunggu bunyi "telolet" bus, sampai dengan yang rumit seperti viral bunyi "nego-negoan" di telepon antara pejabat negara dengan pejabat perusahaan.

Ya begitulah realita yang ada, peristiwa apapun bisa saja tiba-tiba viral dan menjadi obrolan publik di tengah banjirnya pengguna media sosial. Media sosial bak samudra yang mampu menampung apa saja yang dibawa arus sungai. 

Pengguna media sosial bisa menghanyutkan "apapun" di sana. Media sosial sebagai jejaring sosial online menjadi sarana berkumpul, bersosialisasi, berbagi pesan, beropini, mengirim gambar dan video, serta konten-konten lainnya.

Memang, fitur kompllit media sosial terbukti bisa menjadi daya tarik tersendiri serta mampu membuat jutaan orang bersedia bergabung dan terhubung satu sama lain. 

Sehingga peristiwa yang "unik" dan  peristiwa yang "menggemparkan" berpotensi untuk viral dan menjadi sorotan jutaan mata dan dibagikan jutaan kali.

Lantas, melihat banyaknya fenomena viral, tahukah kamu bahwa menjadi viral sebenarnya bisa lebih dari hanya sebatas menjadi sorotan publik? Mari pahami sedikit lebih jauh.

Viral Marketing 

Dalam ilmu pemasaran, fenomena viral ternyata juga didalami dan menjadi salah satu proses komunikasi dengan pasar yang disebut sebagai Viral Marketing. 

Viral Marketing sendiri merupakan suatu konten baik berbentuk video, iklan, dan lainnya yang berhasil menarik perhatian banyak orang, sehingga banyak yang mencari dan membagikannya dalam lingkup pertemanan media sosial.  

Pemasar sengaja membuat konten sedemikian rupa dan berharap konten tersebut viral dan menjadi sorotan publik. Dengan viralnya konten yang dibuat, maka keuntungan akan didapatkan oleh pembuat konten karena konten tersebut dibuat bukan tanpa alasan. 

Bisa saja bertujuan memperkenalkan brand atau memasarkan produk. Dengan menajdi viral, strategi pemasaran perusahaan bisa dibilang efektif karena berhasil mendapat sorotan publik, serta efisien karena relatif tidak membutuhkan biaya yang banyak karena kemungkinan besar konten viral itu dibagikan terus menerus oleh pengguna media sosial.

Tak Hanya Untuk Perusahaan

Meskipun Viral Marketing muncul dalam disiplin ilmu pemasaran dan dijadikan salah satu strategi perusahaan di era digital, faktanya, pengguna media sosial saat ini sudah sadar bahwa menjadi viral di masyarakat ternyata cukup menguntungkan karena beberpa hal berikut ini.

1. Terkenal

Salah satu keuntungan menjadi viral adalah secara tiba-tiba dikenal oleh banyak orang. Dengan dikenal banyak orang setidaknya akan memunculkan kebanggan tersendiri bagi seseorang, tentunya dalam arti positif.

2. Ladang Penghasilan

Tidak hanya terkenal, viral di media sosial juga bisa menjadi ladang penghasilan. Seseorang yang secara tiba-tiba terkenal memiliki peluang meraup pundi-pundi rupiah. Seperiti diundang di acara talk show, jadi bintang iklan, atau menerima endorsement berbagai produk.

3. Bikin Laku Jualan

Tak jarang, pelaku viral itu sendiri adalah seorang pedagang yang membuat video unik mengenai dagangannya, baik dari segi keunikan jajanan yang ditawarkan, tempat jualan yang menarik, atau cara ia mempromosikan jualannya. 

Pada akhirnya, pengguna media sosial yang penasaran berbondong-bondong mendatanginya. Tak jarang, setelah menjadi viral, banyak orang yang rela mengantri untuk membeli atau datang ke tempat itu.

4. Ajang Promosi Tempat Wisata

Tak sedikit tempat wisata yang sebelumnya biasa-biasa saja tiba-tiba banyak dikunjungi oleh wisatawan. Lagi-lagi hal ini dikarenakan viralnya tempat wisata itu. 

Entah dari foto atau video yang dibagikan secara terus-menerus di media sosial. Bahkan tak hanya tempat wisata perkotaan, tempat wisata di pedesaan pun banyak yang ramai gara-gara viral.

Manfaatkan Media Sosial Dengan Baik

Dengan semakin canggihnya teknologi digital dan membanjirnya pengguna media sosial, bagi individu maupun organisasi, semua itu merupakan peluang besar yang dapat dimanfaatkan. 

Media sosial bisa menjadi oase bagi siapapun. Media sosial bak catwalk bagi para sosialita, menjadi panggung bagi pencari eksistensi diri, hingga menjadi pasar tempat berkumpulnya pelanggan potensial.

Meskipun keuntungan-keuntungan tertentu bisa kita dapatkan dari media sosial, sebagai pengguna yang baik, kita harus tetap mempertimbangakan apakah konten yang dibuat layak dibagikan atau tidak. 

Jangan sampai hanya karena pengen terkenal, mengeruk penghasilan, atau menjajakan sesuatu, hal-hal yang terkait dengan masalah etika disepelekan. 

Alih-alih berhasil viral, justru bisa saja mendapat masalah dari konten yang dibuat. Hal ini bisa saja terjadi ketika konten yang dibuat ternyata melanggar ketentuan komunitas atau dianggap tidak pantas karena dianggap melanggar etika yang ada di masyarakat.

Bagaimanapun, setelah konten berhasil dibagikan di media sosial, maka konten tersebut akan menjadi konsumsi publik. Publik lah yang akan menilai konten tersebut, apakah unik, menarik, dan layak untuk dibagikan atau justru konten tersebut dianggap tidak layak dan tidak etis. 

Terkadang nasib masih beruntung kalau konten tersebut cuma mendapat jempol terbalik, kalau sampai dilaporkan karena ada indikasi melanggar Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik pasti akan semakin panjang urusannya. 

Oleh Karen itu, memang banyak keuntungan kalau berhasil viral. Tetapi, sekreatif apapun konten yang dibuat harus tetap memperhatikan ketentuan yang ada, baik peraturan komunitas, maupun nilai etis di mata masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun