Mohon tunggu...
Faishol Adib
Faishol Adib Mohon Tunggu... Penulis - Profiless

Person without Profile

Selanjutnya

Tutup

Diary

Geger Sepoy

8 November 2021   17:12 Diperbarui: 8 November 2021   17:32 401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cover Buku "Geger Sepoy" | Dokpri

Setelah mengalahkan Belanda pada Penyerbuan Jawa 1811, Inggris melakukan penyerangan terhadap Keraton Yogyakarta.

Sebelum menyerbu Keraton Yogyakarta, pasukan MacKenzie bersama 500 tentara Sepoy melakukan psywar di Alun-Alun Utara Keraton Surakarta. 

Kesunanan Surakarta sebenarnya sudah melakukan perjanjian rahasia bersama Keraton Yogyakarta untuk menentang kedatangan tentara Inggris. Namun melihat kekuatan tentara Sepoy, keputusan Sunan Paku Buwono IV pun berubah karena merasa tidak mungkin bala prajuritnya dapat menandingi tentara Inggris.

Kata Sepoy merujuk pada tentara dari Bengali India yang dibawa oleh Inggris. Karena kata Sepoy susah diucapkan oleh lidah Jawa, maka orang Jawa menyebutnya Sepehi. Saat Tentara Inggris melakukan ekspedisi pelayaran ke Jawa, hampir separo dari bala tentara itu adalah pasukan Sepoy.

Meski sama-sama berasal dari India, tentara Sepoy yang berasal dari Bengali dianggap lebih tangguh dan memiliki postur tubuh yang lebih tiggi dibanding tentara yang berasal dari Madras dan Bombay.

Berbeda dengan Sunan Paku Buwono IV yang gentar terhadap tentara Inggris, Sri Sultan Hamengkubuwana II yang dikenal sebagai Sultan Sepuh tak gentar menghadapi tentara Inggris yang akan menyerbu Keraton Yogyakarta.

Sultan Sepuh tidak hanya menyiapkan prajurit keraton, tapi juga merekrut penduduk berusia muda untuk menambah pasukan prajurit keraton. Mereka dilatih menjadi prajurit baru dan dipersenjatai bambu runcing.

Sebelum pertempuran antara tentara Inggris dan prajurit Keraton Yogyakarta benar-benar terjadi, surat tawaran penyelesaian secara damai dikirim oleh Raffles melalui utusan yang masuk ke Keraton Yogyakarta. Raffles akan menjamin keselamatan Sultan Sepuh dan memperkenankan untuk tetap tinggal di keraton bila mau memenuhi permintaan Inggris.

Sultan Sepuh menolak tawaran itu. Tak gentar dengan ancaman serta ulmimatum Inggris yang akan menyerang keraton dalam waktu 24 jam bila Sultan Sepuh menentang.

Raffles murka menerima surat jawaban penolakan perdamaian dari Sultan Sepuh. Surat itu dirobek lalu memerintah tentara Inggris dan Sepoy untuk segera menyerang keraton.

Genderang perang ditabuh untuk mengawali penyerangan. Dari Benteng Vredeburg, tentara Inggris menembakkan meriam menuju keraton. Balasan tembakan meriam juga dilakukan oleh prajurit Keraton menuju Benteng Bredeburg. Tembakan meriam tentara Inggris secara terus menerus membuat salah satu gudang mesiu milik keraton meledak.

Kediaman Putra Mahkota yang berada di Kompleks Kadipaten rusak parah setelah tentara Inggris menyerang keraton dari arah utara. Penyerangan Inggris dari arah timur juga terus dilakukan karena pusat penyerangan memang berasal dari arah timur.

Kekuatan Inggris semakin bertambah kuat setelah pasukan McLeod dan meriam-meriamnya berhasil tiba di Benteng Vredeburg. Tak lama, tentara Inggris berhasil merangsek memasuki Alun-Alun Utara Keraton Yogyakarta.

20 Juni 1812. Tentara Inggris berhasil masuk ke dalam keraton menggunakan tanga-tangga bambu yang telah disiapkan oleh Kapiten Tan Jin Sing. Mereka terus menyerang prajurit keraton yang mengakibatkan beberapa keluarga keraton gugur, diantaranya KRT Sumadinigrat dan Ratu Kedaton. Benteng-benteng keraton pun dapat mereka kuasai.

Melihat banyak prajurit dan keluarga keraton yang gugur, Sultan Sepuh memutuskan mengakhiri pertempuran. Kolonel Gillespie dan tentara Inggris menemukan Sultan Sepuh beserta pengawalnya di paviliun Srimengati yang berpakaian serba putih.

Setelah kalah, Sultan Sepuh sebenarnya sudah memohon kepada Raffles agar harta benda Keraton Yogyakarta tidak diambil. Tapi, Raffles tetap membiarkan tentara Inggris-Sepoy menjarah.

Keris, perhiasan, batu permata, manuskrip, dan harta benda lainnya dijarah yang nyaris membuat keraton bangkrut. Sampai saat ini, benda-benda jarahan itu masih tersimpan di berbagai museum di Inggris.

Rujukan: GEGER SEPOY, Sejarah Kelam Perseteruan Inggris dengan Keraton Yogyakarta 1812-1815 (Araska, 2020)

Tulisan ini pertama kali tayang pada tanggal 2 November 2021 di www.faisholadib.id

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun