Mohon tunggu...
mochamad faishalrafly
mochamad faishalrafly Mohon Tunggu... Lainnya - saya sebagai mahasiswa diunivesitas pancasila

hallo, nama saya faishal. saya kuliah diuniversitas pancasila fakuktas pariwisata

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kampung Naga Tasikmalaya, Jawa Barat Indonesia

27 Juni 2023   21:34 Diperbarui: 27 Juni 2023   21:38 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pekerja dikampung naga tersebut selain dipengaruhi perkembangan dan perubahan zaman, dipengaruhi juga oleh sumber daya alam yang ada di kampung naga tersendiri, misalnya sperti ketika bentang alamnya merupakan persawahan dan juga hutan, maka profesi dari masyarakat kampunng adatnya adalah petani.

Salah satu, struktur bangunan rumah panggung tahan gempa dan fasilitas umum yang digunakan disana. Saat ini kawasan permukiman kampung naga memiliki sekitar 112 bangunan dengan pola gedung panggung. Total jumlah penduduk 294 orang, dari 101 kepala keluarga (KK) yang mendiami kampung naga sejak lama. Namun, dari jumlah bangunan yang ada, tiga diantaranya termasuk fasilitas umum. Sebut saja masjid untuk kegiatan keagamaan warga sekitar, kemudian bumi ageung yang digunakan untuk upacara adat, serta bale kampung naga yang difungsikan buat musyawarah warga. "selain tiga bangunan itu, seluruhnya rumah warga yang saling berhadapan" sementara bagi warga sanaga atau para tamu yang masih memiliki keterikatan dengan masyarakat kampung naga, terdapat juga beberapa bangunan petambon yang bisa difungsikan untuk tempat beristirahat mereka. " daripada harus pulang malam, lebih baik kami sediakan disini"

Untuk melindungi kelestarian kampung naga, pemangku adat kampung naga membuat pagar pembatas ganda, untuk membedakan dari wilayah kampung lainnya. " biasanya beberapa tahun sekali gantian, jika sekarang bagian dalam (diperbaiki) tahun depannya pagar bagian luar" Seluruh bangunan masyarakat kampung naga merupakan rumah panggung, terbuat dari bambu dan kayu tanpa dicat. "biasanya bagian bawah buat ingon-ingon (peternakan).

Soal struktur rumah, bagian dinding, ruang tamu, bagian depan dan bagian dalam rumah, biasanya menggunakan dinding anyaman kepang atau biasa disebut disebut bilik berbahan baku bambu. Sedangkan bagian dapur, atau pintu masuk rumah, biasanya menggunakan anyaman sasag. " bahannya sama yakni bambu", penggunaan anyaman itu bukan tanpa alasan, selain sebagai ventilasi agar udara didalam rumah tetap segar, juga sebagai sarana silahturahmi antara warga sekitar. Bahkan khusus anyaman sasag bambu yang biasa digunakan untuk pintu, biasa digunakan melihat adanya orang jahat yang berada diluar, dari bilik pintu. " kalau dari dalam bisa melihat keluar, tetapi dari luar tidak bisa" Untuk urusan struktur atap rumah, bahan yang digunakan mayoritas rumah panggung kampung naga, terbuat dari anyaman daun tepus(nipah), ijuk pohon aren, hingga alang[1]alang, sementara bagian lantai rumah terbuat dari bambu dan papan kayu. " seluruh bangunan menggunakan pondasi batu-batuan dengan ketinggian satu meter"

Masyarakat Kampung Naga berkomunikasi sehari-hari menggunakan bahasa sunda halus, baik dalam kegiatan upacara adat maupun kegiatan lainnya yang ada di Kampug Naga. Masyarakat Kampung Naga tidak boleh berbicara dengan kata-kata kasar, katanya itu tidak enak di dengarnya dan sangat tidak sopan. Dapat dilihat dari Kampung Naga merupakan Kampung adat yang masih menjaga kebudayaannya, otomatis masih menjaga bahasa sunda yang halus dalam berbicara dengan masyarakat Kampung Naga sendiri maupun berbicara dengan masyarakat di Luar KampungiNaga. Dari Logat berbicara masyarakat Kampung Naga pun berbeda dengan masyarakat di luar Kampung Naga.

Masyarakat Kampung Naga ingin menjaga keaslian budaya mereka tanpa terpengaruh oleh kemajuan teknologi dan informasi di era sekarang. Hal utama yang menjadi prioritas adalah hidup dengan melestarikan adat dari para leluhur Makna kesederhanaan sudah melekat dengan masyarakat kampung adat naga sebagai pedoman hidup. Memilih untuk hidup berdampingan dengan kesederhanaan adalah jalan mereka. Menurut warga Kampung Naga, manusia akan sadar bahwa dengan hidup secara beriringan bisa menghindarkan manusia dari berbuat kerusakan yang bisa merugikan.

Berada di tengah masyarakat global, masyarakat Kampung Naga pun tetap tidak melupakan dunia luar dan dapat bersikap kooperatif dengan masyarakat umum maupun pemerintah. Mereka dapat menerima kemajuan-kemajuan teknologi asalkan tidak bertentangan dengan hukum adat yang dipegang. Adat yang dipegang teguh banyak mengajarkan kepada kesederhanaan, pelestarian lingkungan dan sifat gotong royong yang masih cukup kental. Ini semua hal-hal yang mulai terkikis ditengah masyarakat umum pada masa sekarang ini. Hal demikian memberikan inspirasi untuk mengkaji lebih jauh bagaimana sebenarnya pola-pola komunikasi masyarakat Kampung Naga yang ada sehingga dapat mempertahankan warisan budaya dalam kurun waktu yang cukup lama. Berikut hasil pengamatan tentang pola interaksi sosial masyarakat Kampung Naga serta wawancara dari beberapa narasumber :

* Pola Hubungan Antar Sesama Warga

1. Mereka mengenal satu sama lain di Kampung Naga, sehingga timbul perasaan saling menyayangi. Menurut Bu Heni, salah seorang warga, "Di Kampung Naga warga hidup rukun dan saling menghargai. Hal ini terbukti karena tidak pernah terjadi konflik antarwarga." Setiap sore hari ibu-ibu biasa berkumpul bersama untuk berbincang-bincang sambil menunggu suami mereka pulang dari ladang sedangkan anak-anak bermain bersama setelah pulang sekolah. Memang terlihat sepele tetapi kegiatan ini memupuk keakraban antar warga. Sedangkan untuk komunikasi yang membutuhkan penyebaran cepat misalnya untuk pemberitahuan gempa, bahaya, warga meninggal, ingin mengumpulkan massa ataupun memberitahukan waktu-waktu penting (waktu subuh, magrib dan isya), digunakan kentongan besar yang ada di depan masjid agar terdengar oleh semua warga.

2. Mereka berkewajiban membantu jika ada yang kesulitan. Prinsip gotong royong juga mereka anut sebagai pegangan hidup masyarakat karena mereka beranggapan bahwa sikap gotong royong merupakan hal paling penting dan utama yang harus terus dijaga dalam berkehidupan. Tidak satu pekerjaan dapat diselesaikan secara individu kecuali dengan bantuan orang lain. Sebagai contoh, dalam acara perkawinan, pembangunan rumah tinggal, perbaikan saluran air, sunatan, ataupun hajat-hajat yang dilaksanakan oleh seseorang. Secarasukarela dan tanpa paksaan masyarakat lain akan turut serta membantu orang yang mempunyai hajat sehingga dapat meringankan beban dari orang tersebut. Tak hanya dalam hal yang menyangkut kesenangan, dalam duka pun mereka tetap membantu. "Bila ada warga yang sakit secara spontan warga akan memberikan pertolongan," tutur Pak Ajat, seorang warga Kampung Naga.

3. Mereka berkumpul bersama dalam acara rohani ataupun upacara-upacara adat rutin. Untuk ibu-ibu diadakan pengajian rutin setiap hari Jumat sekaligus arisan. Berdasarkan keterangan yang kami dapat dari Pak Risman selaku ketua RT, upacara adat yang rutin diselenggarakan ada enam kali, yaitu pada hari raya Muharam, Maulid, Jumadil, Ibnu Syaban, Syawal dan Dul Hijah. Upacara ini dilaksanakan semua warga Kampung Naga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun