"Padahal mereka polos, tapi dibalik kepolosan mereka ada rasa cinta dan sayang yang mereka pendam." Ujarnya dalam liri.
Di terimanya satu persatu kartu ucapan dan bingkisan itu, sembari mengucapkan "terima kasih", kepada mereka.
Selepas dari ruang kelas, Bisnu kembali ke ruang kerjanya. Sepanjang dia berjalan, anak-anak menaru air muka bahagia. Seperti bahagianya mereka ketika memenangkan suatu perlombahan.
Bisnu lembali menatap layar laptopnya dan soal-soal semester yang akan diberikan ke siswa-siswanya berapa hari kedepan. Namun pikiranya masih mengenang apa yang baru saja terjadi.
Pikirnya, barangkali momen inilah yang membuat setiap guru bertahan. Mengajarkan dan membimbing siswanya walaupun upah yang diterima masih jauh dari sejahtera. Tapi rasanya itu terlalu materialistis. Sepertinya bukan itu, bagaimanapun menjadi guru adalah panggilan hati.
Lalu dia teringat ucapan bapaknya satu waktu, "kamu harus sabar dan ikhlas. Menjadi guru adalah panggilan jiwa yang berangkat dari rasa cinta."
Dan sepertinya dia lebih menerima ucapan yang terlontar dari bapaknya itu. Baginya tiada yang lebih indah bagi seorang guru, ketika melihat siswanya tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang berbudi pekerti yang baik.
Perayaan adalah rangkaian kejadian dan pembelajaran. Dan kado yang paling indah dari seorang guru adalah, melihat siswa-siswanya mampu menerapkan apa yang diajarkan olehnya dengan antusias.
"Pelajaran untuk hari ini. Aku akan terus belajar. Menjadi guru adalah jalan hidupku. Maka aku tidak akan padam, dan terus menjadi matahari yang selalu setia memberi cahaya."
Mateketen, 25 November 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H