Lalu apa gunanya kami di tuntut untuk berkualitas sementara teknis penting ini tidak d ajarkan, ah aku jadi semakin yakin, teori itu memang punya kekauan tersendiri.
              ***
Kegiatan yang dilaksanakan selama dua hari tersebut saya kira sanyat bermanfaat bagi saya dan juga rekan guru yang lain. Karena materi-materi yang di ajarkan kami peroleh langsung dari para pakar yang sudah malang melintang di belantara pendidikan.
Belum lagi di hari kedua, ada materi mengenai penyusunan rencana dan model pembelajara. Lalu ada perwakilan dari setiap sekolah, masing-masing satu orang untuk maju ke depan mempraktikan cara mengajar yang baik. Disana saya banyak mendapati cara dan teknis yang memang sebagiannya belum saya gunakan di kelas.
Kendati banyak hal yang saya dapati, namun ada hal yang lebih menyita perhatian saya. Apakah seusai pelatihan dapat meningkatkan kompentesi para rekan guru di Makian Barat? Bagaimana jika iya bagi para guru Honorer?
Lalu apa manfaatnya ketika kompetensi dinaikan sementara kesejateraan tak tersentuh? Terlebih para guru honorer yang harus menunggu selama tiga bulan baru menerima gaji dengan jumlah yang terbilang sdkit.
Lantas bagaimana meningkatkan kesejateraan bagi guru honorer seperti kami?
Sementara mau jadi petani nanggung, terikat dengan tanggung jawab. Mau ikut PNS harus punya sertifikasi dan pendataan lewat aplikasi dapodik. Belum lagi persaingan dan saling sikut dalam penjaringan.
Semua itu memutar, bahkan angin sepoi-sepoi yang berhembus dari dedaunan pohon kelapa pun tak mampu menahan kekisruhan hati saya.
"Ah, sampai kapan persoalan kesejahteraan guru ini berakhir?"
Mateketen, 16 September 2022