Mohon tunggu...
Faisal yamin
Faisal yamin Mohon Tunggu... Nelayan - Belajar menulis

Seorang gelandangan pikir yang hobi baca tulisan orang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Perahu Layar

15 Juli 2021   22:00 Diperbarui: 15 Juli 2021   22:19 872
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi, dok/Piqsels

Begitulah pernyataan-pernyataan itu keluar dari sebagian orang yang tidak meyakini karamnya perahu layar itu. Perdebatan pun bermunculan di mana-mana mengenai tragedi pilu yang di alami si perahu layar misterius itu. Namun mereka tidak pernah tahu, di saat yang bersamaan dengan karamnya perahu layar itu, di dunia lain terjadi peristiwa yang memiluhkan.

Seorang gadis belia bernama Jezebel* menemukan banyak bangkai manusia yang tergeletak di pasir juga mengapung di air laut saat dia turun ke pantai. Bangkai-bangkai itu banyak di penuhi sayatan pedang, banyak juga yang tertusuk anak panah, banyak juga tubuh yang di lubangi peluru senapan.

Manusia-manusia itu terbunuh dengan percuma. Tiada yang pernah tahu, bahkan Jezebel itu sendiri. Dia hanya meyakini bahwa bangkai-bangkai yang bergelimpangan di pasir juga mengapung di air itu adalah bentuk kebuasan manusia yang sesekali muncul. Sementara kebuasan itu sering lahir dari rasa ketidak puasan antar sesama.

Kini hanya dia satu-satunya manusia yang bertahan dan menyaksikan itu semua. Dia menyaksikan bangkai-bangkai itu juga mencium bau busuk kedalam rongga hidungnya. Dia Jezebel adalah saksi pembantaian manusia dengan manusia dari sikap kebuasan.
                                ***
Di suatu pagi, seorang nelayan duduk di pantai sembari melihat perahunya. Lalu matanya menyoroti setangkai bambu dengan layar terbentang mengapung di atas air. Dia menyakini itulah layar perahu misterius itu, maka dengan cepat dia bergerak menuju setangkai bambu dengan layar terbentang mengapung yang dia temui.

Perlahan dia melihat ada sebuah pesan yang tertulis di sana. Lalu dibukanya layar itu,

"Layar keabadian, membawa keindahan menawar kebahagiaan. Singkirlah sikap barbar dan kebuasan untuk menghentikan kematian dan tangisan di setiap mata."

Nelayan itu terdiam sesaat ketika membaca pesan itu. Dia tidak paham apa yang tertulis, pikiranya hanya dicukupkan untuk membaca. Lalu di baliknya layar itu, ada sepotong tulisan lagi tertulis di sana,

"Petaka mengahampiriku, aku karam karena ada badai tangis dengan gelombang luka di ujung dunia. Jangan tutup mata juga telinga ketika ada petaka."

*Dikembangkan dari Cerpen Jezebel karya Seno Gumira Ajidarma

Mateketen,15 Juli 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun