Mohon tunggu...
Faisal yamin
Faisal yamin Mohon Tunggu... Nelayan - Belajar menulis

Seorang gelandangan pikir yang hobi baca tulisan orang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mayat Itu Seorang Jurnalis Investigasi

29 Agustus 2019   23:50 Diperbarui: 30 Agustus 2019   01:06 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Istriku hiteris minta ampun, saat menyaksikan tubuhku yang sudah membusuk. Dia menangis sejadi-jadinhya, dia tak menyangka percakapan tiga hari yang lalu menjadi percakapan terakhir. 

Saat itu sebelum aku pergi, ku kecup keningnya seraya mengucapkan kata cinta sedang anak-anak aku rangkul dan aku peluk. Saat ini istri dan anak-anak masih menangis dalam duka yang mendalam, istriku menangis menjerit kemudian pinsan dan menangis lagi sejadihnya. Ini takdirku, semoga kau bisa mewujudkan harapan kita bahwa kelak satu dari mereka menjadi Jurnalis hebat melebihi aku.

Pesanku terakhirku kepada kalian "lebih baik hidup meralat dan mati di tangan orang bejat dari pada hidup bergelimang harta dan mati dengan bertabur dosa yang menyengsarakan"

Ternate 23/08/2019 pukul 10:32 wit

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun