Mohon tunggu...
Faisal yamin
Faisal yamin Mohon Tunggu... Nelayan - Belajar menulis

Seorang gelandangan pikir yang hobi baca tulisan orang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mayat Itu Seorang Jurnalis Investigasi

29 Agustus 2019   23:50 Diperbarui: 30 Agustus 2019   01:06 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Bang, sejak pemberitaan hasil investigasi mengenai kasus tambang kemarin, sering aku dapat ancaman dan intimidasi".

Mendengar itu, rupanya dia santai mengatakan "ngak apa, Jal. Begitulah jika kita sebagai jurnalis investiasi, nanti sebentar lagi hilang kok orang-orang itu."

Memang begitulah nasib seorang jurnalis investigasi. Terkadang kita membuka tabir secara bersama dan ketika kita tersandung masalah hukum atau sampai membahayakan, pihak media seakan melepas tanggun jawab begitu saja.

Mereka bahkan tidak mengawal sampai ke meja hijau. Seperti halnya beberapa rekanku, sebut saja Komboti, Lekos, dan Jerbos. Mereka tewas dalam tugas namun tak di gubris oleh pimpinan.

Hari-hariku diwarnai dengan teror dan intimidasi. Lelah menghadapi hal demikian namun apalah daya sudah menjadi konsekuensi tugas yang ku jalani.

Malam itu, satu hari sebelum kematianku, saat aku hendak ingin menyelesaikan cerpen tentang kematian seorang pekerja kuli tintah. Ada sepucuk kertas, yang jatuh tepat di atas meja tulis.

Aku dengan cepat meraihnya, ku buka dan ini adalah sebuah ancaman keras "Cepat atau lambat kita pasti bertemu, dan itu sebagai awal dan akhir pertemuan kita". 

Saat itu aku terdiam, mencoba menafsirkan tulisan yang terterah di kertas itu. Semakin jauh aku menalar, cemas dan takut datang dalam hayalku. Kendati aku selalu keluar dari itu semua dan langsung menulis.

Dan dugaanku di malam sebelumnya benar. Hari ini aku di bunuh dengan bengis oleh mereka tepat di hari ulang tahun anakku yang ke tiga. Aku terbujur kaku di semak-semak belukar, tiga hari lamanya aku terbaring di sini.

Tubuku mulai membusuk, mataku hancur, kulitku sudah mulai terkelupas, para cebong melumit organ dalam tubuhku. Bau busukku menyengat, meraja ke segala penjuru. Mungkin jika bau busukku tak tercium aku masih berlama-lama menanggung derita di sini.

Berita-berita sudah menjarah ke mana-mana perihal kematianku, dan walau sudah membusuk namun aku cepat di kenali, sebab dalam saku celana ada id cart. Laman-laman portal berita ramai-ramai tertulis penemuan mayatku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun