Hutang luar negeri merupakan sebagian dari total hutang suatu negara yang diperoleh dari para kreditor di luar negeri. Dalam jangka pendek, hutang luar negeri sangat membantu pemerintah dalam upaya menutup defisit anggaran pendapatan dan belanja negara, akibat pembiayaan pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan yang cukup besar.
Utang luar negeri merupakan arus masuk modal dari luar ke dalam negeri yang dapat menambah modal yang ada di dalam negeri. Dari segi formal, utang luar negeri diartikan sebagai penerimaan atau pemberian yang dapat digunakan untuk meningkatkan investasi guna menunjang pertumbuhan ekonomi. Sehingga berdasarkan aspek fungsinya, hutang luar negeri merupakan salah satu alternatif sumber pembiayaan yang diperlukan dalam pembangunan.
Menurut Sukirno (1985), aliran dana dari luar negeri dinamakan utang luar negeri apabila memiliki ciri-ciri merupakan aliran modal yang bukan didorong oleh tujuan untuk mencari keuntungan, dan diberikan dengan syarat yang lebih ringan daripada yang berlaku dalam pasar luar negeri.
Secara garis besar, peranan modal asing dalam pembangunan adalah sebagai berikut: Pertama, sumber dana eksternal yaitu modal asing dapat dimanfaatkan oleh negara yang sedang berkembang sebagai dasar untuk mempercepat investasi dan petumbuhan ekonomi. Kedua, pertumbuhan ekonomi yang meningkat perlu diikuti dengan perubahaan struktur produksi dan perdagangan. Ketiga, modal asing dapat berperan penting dalam mobilisasi dana maupun transformasi struktural. Keempat, kebutuhan akan modal asing menjadi menurun segera setelah perubahan struktural benar-benar terjadi (meskipun modal asing di masa selanjutnya lebih prduktif). Tetapi menurut Mudrajat Kuncoro (1997), bahwa modal asing hanya sebagian kecil berpengaruh positif terhadap tabungan domestik dan pertumbuhan ekonomi.
Faktor-Faktor Penyebab Hutang Luar Negeri
Mayoritas negara yang memiliki masalah dengan hutang luar negeri ini adalah negara-negara yang sedang berkembang termasuk diantaranya adalah Indonesia. Ada beberpa faktor penyebab Indonesia melakukan hutang kepada luar negeri diantaranya adalah:
Defisit Transaksi Berjalan (TB), merupakan perbandingan antara jumlah pembayaran yang diterima dari luar negeri dan jumlah pembayaran ke luar negeri. Dengan kata lain, menunjukkan operasi total perdagangan luar negeri, neraca perdagangan, dan keseimbangan antara ekspor dan impor, pembayaran transfer.
Lima tahun sebelum krisis ekonomi (1992/1993 – 1996/1997) indonesia mengalami defisit TB masing-masing tiap tahun (jutaan) : $2,311; $2,740; $3,248; $6,757 dan $7,847. Maka untuk menutup defisit itu pemerintah melakukan pinjaman luar negeri. Sementara pada 2010, transaksi berjalan surplus US$5,643 miliar dan 2009 transaksi berjalan surplus US$10,628 miliar. jika dilihat pada triwulan I 2011 transaksi berjalan surplus US$2,089 miliar. Pada triwulan II 2011, transaksi berjalan US$237 juta. Dan triwulan III surplus US$0,2 miliar dan triwulan IV diramalkan mengalami defisit menurut Gubernur Bank Indonesia.
Transaksi berjalan yang menurun tiap tahunnya, sebenarnya masih surplus, artinya seharusnya tidak perlu melakukan pinjaman utang. Tetapi ada peramalan-peramalan yang mengatakan triwulan kedepan defisit sehingga dibutuhkan utang pinjaman luar negeri, akhirnya indonesia kembali berhutang.
Meningkatnya kebutuhan investasi, Menurut Sunariyah (2003:4): “Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan datang.”
Hampir setiap tahun Indonesia menghadapi delima invesment-saving gap. Menurut kordinator Bapenas Armida Alisjahbana pada tahun 2011, jumlah dana tabungan: 12,84 triliun Sementara kebutuhan investasi Rp 2.458,6 triliun;
Dengan adanya gap, Hal ini mendorong meningkatnya pinjaman LN, terutama pinjaman sektor swasta. Di samping kelangkaan dana, meningkatnya utang LN juga didorong oleh perbedaan tingkat suku bunga.
Meningkatnya Inflasi, inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor . Laju inflasi mempengaruhi tingkat suku bunga, karena ekspektasi inflasi merupakan komponen suku bunga nominal. Tingkat inflasi oktober 2011 sebesar 0,32% lalu meningkat november 2011 menjadi 0,34% trand inflasi meningkat menyebabkan Bank Indonesia memangkas suku bunga bahkan sampai 50 yaitu suku bunga november 2011 sebesar 6%.
Dengan rendahnya suku bunga maka minat orang untuk berinvestasi rendah, maka pemerintah untuk memenuhi belanja negaranya melalui pinjaman luar negeri.
Struktur perekonomian tidak efisien dengan alat ukur ICOR,Incremental capital output ratio (ICOR) adalah rasio antara investasi di tahun yang lalu dengan pertumbuhan output (PDRB). ICOR mencapai 4,9 (1984 – 2011) yang seharusnya antara 3–3,5. Jadi ada pemborosan sekitar 30%, karena tidak efisien dalam penggunaan modal, maka memerlukan invetasi besar. Hal ini mendorong utang luar negeri.
Dalam hubungannya dengan kebijaksanaan pembangunan di negara-negara berkembang, bantuan luar negeri terutama dianalisa dan ditinjau dari sudut pandang manfaatnya bagi pertumbuhan ekonomi negara berkembang untuk mencapai tujuannya. Ditinjau dari sudut ini, terdapat dua peranan utama dari bantuan luar negeri, yaitu mengatasi masalah kekurangan tabungan (saving gap), dan mengatasi masalah kekurangan mata uang asing (foreign exchange gap). Yang mana kedua masalah yang diharapkan dapat diatasi dengan melakukan pengajuan utang luar negeri itu disebut dengan „masalah jurang ganda‟ (the two gaps problem).
Kegiatan untuk memberikan bantuan luar negeri oleh negara-negara maju kepada negara-negara yang sedang berkembang dilakukan dengan berbagai alasan, antara lain yaitu membantu negara-negara yang menerima bantuan untuk mempercepat pembangunan ekonominya, membantu mengeratkan hubungan ekonomi dan politik di antara negara yang menerima dan memberi bantuan, membendung pengaruh ideologi yang bertentangan dengan yang dianut oleh negara pemberi bantuan.
Utang luar negeri bukan hanya dibutuhkan dalam proses perdagangan, tetapi juga dibutuhkan dalam perekonomian suatu negara untuk menunjang proses produksi dalam negeri. Artinya, utang luar negeri merupakan mata rantai yang menghubungkan kegiatan internal dan eksternal perekonomian suatu negara. Dalam pemahaman ini sulit sekali menyatakan bahwa suatu negara bisa saja tidak berutang sama sekali. Tetapi jelas sekali bahwa jumlah dan pemanfaatan utang tersebut harus dikendalikan dan dikelola secara benar sehingga justru tidak menjadi beban yang berkepanjangan.
Sumber pembiayaan pembangunan nasional dapat berasal dari dalam negeri dan luar negeri. Selain mengandalkan sumber pembiayaan yang berasal dari dalam negeri, Indonesia juga mengandalkan pembiayaan pembangunan yang berasal dari luar negeri. Hal ini terjadi karena ketidakmampuan sumber pembiayaan dari dalam negeri, yaitu tabungan domestik dalam pendanaan bagi pembangunan sepenuhnya. Tabungan domestik dibutuhkan untuk membiayai investasi. Besarnya tabungan yang tidak seimbang dengan rencana kegiatan investasi (saving investment gap) menyebabkan kegiatan pelaksanaan investasi tidak berjalan sesuai rencana. Kesenjangan antara tabungan dan investasi tersebut selanjutnya dapat ditutup dengan masuknya dana dari luar negeri. Salah satu alternatif pembiayaan tersebut adalah melalui utang luar negeri. Di samping itu, utang luar negeri juga berperan dalam mengatasi kesenjangan ekspor-impor sehingga utang luar negeri memberikan tambahan devisa yang diperlukan negara dikarenakan hasil ekspor yang tidak mencukupi untuk menambah modal untuk pembangunan nasional.
Dengan adanya utang luar negeri sebagai alternatif pembiayaan pembangunan, maka diharapkan dapat menambah jumlah tabungan domestik dan mampu memacu investasi yang pada akhirnya dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Namun pada berbagai kajian empiris menunjukkan pula hubungan antara utang luar negeri dan pertumbuhan ekonomi umumnya berkorelasi negatif, meskipun terdapat sejumlah kajian yang menolaknya. Namun karena utang luar negeri masih merupakan bagian dari investasi sehingga berdampak positif juga terhadap pertumbuhan ekonomi. Sementara itu, tujuan dasar dari utang luar negeri bukan pada substansinya, tetapi pada persoalan pada alokasi dan pemanfaatannya apakah secara proporsional atau tidak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H