Puisi-puisi yang ada dalam CMA akan menjadi hiburan ketika Anda membacanya tanpa memedulikan isinya lalu memperdengarkannya kepada teman-teman Anda di warung kopi. CMA akan sangat potensial menciptakan tawa atau sekadar senyuman. Berbeda ketika Anda membacanya dengan serius dan mendalam, CMA akan berpotensi menjadi diri Anda sendiri yang benar-benar naif, cengeng, dan memalukan. Anda bisa menggali-renungkan pola berpikir seorang bocah dan membandingkan tingkat “kewarasannya” dengan pola pikir orang dewasa. Anda akan tercengang mengetahui hasilnya.
CMA merupakan karya antologi puisi pertama Abu Wafa dan meraih nominasi di ajang Indonesian Literature Translation Foundation(ILTF). Selain itu, menjadi gebrakan baru dalam khasanah sastra Indonesia, khususnya puisi, melalui gaya penulisan bahasa tutur seorang bocah dengan segala nilai yang terkandung dalam bingkai-bingkai kenaifan, ironi, kekonyolan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H