Mohon tunggu...
Faisal L. Hakim
Faisal L. Hakim Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Penikmat harmoni

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Cara Menghitung Anak

27 Oktober 2016   17:23 Diperbarui: 29 Oktober 2016   23:41 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Puisi-puisi yang ada dalam CMA akan menjadi hiburan ketika Anda membacanya tanpa memedulikan isinya lalu memperdengarkannya kepada teman-teman Anda di warung kopi. CMA akan sangat potensial menciptakan tawa atau sekadar senyuman. Berbeda ketika Anda membacanya dengan serius dan mendalam, CMA akan berpotensi menjadi diri Anda sendiri yang benar-benar naif, cengeng, dan memalukan. Anda bisa menggali-renungkan pola berpikir seorang bocah dan membandingkan tingkat “kewarasannya” dengan pola pikir orang dewasa. Anda akan tercengang mengetahui hasilnya.

CMA merupakan karya antologi puisi pertama Abu Wafa dan meraih nominasi di ajang Indonesian Literature Translation Foundation(ILTF). Selain itu, menjadi gebrakan baru dalam khasanah sastra Indonesia, khususnya puisi, melalui gaya penulisan bahasa tutur seorang bocah dengan segala nilai yang terkandung dalam bingkai-bingkai kenaifan, ironi, kekonyolan.          

Gading Pustaka
Gading Pustaka

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun