Mohon tunggu...
Faisal L. Hakim
Faisal L. Hakim Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Penikmat harmoni

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

LGBT, Eksekusi dan Legislasinya

19 Februari 2016   00:38 Diperbarui: 19 Februari 2016   00:48 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Otak pun menolak, tetapi hasrat menerjang kaidah-kaidah dan tidak taat terhadap akal sehat yang dikandung otak. Padahal, otak memiliki dasar-dasar jelas yang diimpor dari dunia luar, seperti syariat agama dan norma sosial. Apa daya, otak tak sanggup berbuat banyak. Saya yakin, seorang pembohong, pada akhirnya akan stress dan gila karena otak mereka akan error disebabkan oleh ketidakcocokan tindakan dengan apa yang seharusnya dilakukan.

Atau, jika tidak gila, otak akan dengan cepat beradaptasi bahwa “kata hati saya adalah kebenaran, tidak ada salahnya saya menyukai sesama jenis, ini adalah HAM” misalnya. Jika sudah merasa berhasil menerjang regulasi-regulasi otak, tugas selanjutnya adalah menerjang regulasi-regulasi sosial dan hukum di masyarakat. tentunya dengan senjata wacana yang seolah-olah benar tadi.

Kemanusiaan: Melawan LGBT vs Kampanye LGBT

Manusia bisa dikatakan ideal ketika ia tahu apa yang ia lakukan. Permasalahannya, saya menilai bahwa LGBT tahu apa yang dilakukan, tetapi dengan menodai regulasi otak dan akal sehat. Sehingga terjadi arus perlawanan dari luar yang sangat kuat terhadap kampanye LGBT. Artinya, hal itu mengindikasikan bahwa bangsa Indonesia secara umum masih berpikiran sehat!

Berbeda dengan negara yang menghalalkan LGBT, Amerika misalnya, yang otak dan akalnya kelah dengan tawaran hasrat berupa kebenaran-kebenaran semu, seperti HAM, manusiawi, dan sebagainya. Proposal yang ditawarkan oleh hasrat kepada otak telah tersahkan sedemikian rupa. Karenanya, LGBT menjadi sebuah kebenaran umum sehingga memiliki sifat wajar dan halal baik secara sosial maupun hukum negara.

Permasalahannya, Indonesia merupakan negara yang memiliki wakil-wakil atas rakyatnya. Yang saya khawatirkan adalah para wakil-wakil rakyat tersebut tidak bisa membendung kampanye LGBT secara hukum sehingga terjadi sebuah legalisasi LGBT. Sebab, pengkhianatan wakil-wakil rakyat terhadap rakyatnya, seperti korupsi, misalnya, masih terus berlangsung hingga hari ini.

Memang benar, yang harus ditentang bukan manusianya, tetapi tindakan dari pelaku LGBT tersebut (hubungan sejenis dan kampanyenya). Kasus Mr. Turing di preambule wacana ini adalah ilustrasi yang menurut saya bisa diambil hikmahnya.

Mr. Turing yang seorang homo pada kenyataannya memiliki andil besar terhadap reduksi jatuhnya korban melalui alatnya. Meskipun homo, sudah selayaknya ia mendapat apresiasi atas karyanya yang luar biasa itu tanpa melihat latar belakangnya.

Namun, kerajaan Inggris tidak melihat bagaimana kontribusi besar Mr. Turing sehingga ia diberhentikan dari pekerjaan sekaligus cita-citanya untuk menciptakan alat komputasi digital masa depan lantaran diketahui Mr. Turing seorang homoseksual.

Pola pikir di atas hendaknya harus dihindari dalam menyikapi penyakit LGBT ini. Perlawanan ditujukan kepada tindakan kampanye LGBT, bukan orangnya. Salah satu solusinya adalah menetapkan perundang-undangan dilarangnya kampanye LGBT di Indonesia.

Dengan berani memberi ketetapan hukum tegas, dengan foks tindakan kampanye LGBT, saya katakan bahwa pemerintah Indonesia memiliki akal sehat senantiasa. Sebab jika tidak, sama halnya pemerintah mengesahkan kegiatan zalim dan tidak masuk akal. Sementara zalim saya batasi pada pengertian tidak menempatkan sesuatu pada tempat yang seharusnya, homoseksual dan lesbian, misalnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun