***
Banyak faktor yang menentukan kemajuan suatu negara. Keberhasilan negara-negara yang terhindar dari middle income trap ditentukan oleh tiga faktor utama: kualitas sumber daya manusia (terutama pendidikan dan kesehatan), produktivitas dan teknologi sebagaimana tercermin dari sumbangan produk teknologi tinggi dalam ekspor, dan harmoni sosial. Faktor ketiga sangat ditentukan oleh rendahnya jurang kaya-miskin.
Dengan menggunakan indikator indeks gini—yang notabene sangat lemah karena di Indonesia berdasarkan data pengeluaran—ketimpangan di Indonesia semakin memburuk karena sudah menembus angka 0,4.
Data berdasarkan kekayaan menunjukkan kondisi ketimpangan di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan. Satu persen keluarga terkaya menguasai lebih dari separuh kekayaan total, terburuk ketiga di dunia setelah Rusia dan Thailand.
Segelintir kelompok keluarga terkaya itu cenderung lebih mengandalkan kedekatan dengan penguasa. Kelompok terkaya mampu memengaruhi kebijakan pemerintah dan memperoleh beragam konsesi untuk mengakumulasikan dan melindungi kekayaannya. Tak sedikit kebijakan pemerintah yang lebih memenuhi preferensi kelompok kaya karena balas budi.
Di antara banyak faktor yang memengaruhi keberhasilan dan kegagalan suatu negara, faktor kelembagaan (institutions) yang paling menentukan.[7] Tugas sejarah kita adalah mentransformasikan instutusi politik dan institusi ekonomi, dari extractive political and economic institutions menjadi inclusive political and economic institutions.
Dengan begitu, para elit tidak lagi leluasa merampok kekayaan negara dan rakyat. Dalam bahasa Acemoglu, salah satu ciri dari institusi yang baik adalah:
“Constraints on the actions of elites, politicians, and other powerful groups, so that these people cannot expropriate the incomes and investments of others or create a highly uneven playing field.”
[1] Naskah orasi ilmiah yang dipersiapkan untuk acara wisuda Institut Bisnis Nusantara, Hotel Bidakara, Jakarta, 10 Mei 2010.
[2] Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia untuk maka kuliah Ekonomi Politik dan Program Magister Manajemen Universitas Tanjungpura untuk mata kuliah Analisis Bisnis Global.
[3] Kishore Mahbubani and Lawrence H. Summers (2016), “The Fusion of Civilization: The Case for Global Optimism,” Foreign Affairs 95/3 (May/June): 126-135.