Mohon tunggu...
Faisal Basri
Faisal Basri Mohon Tunggu... Dosen - Mengajar, menulis, dan sesekali meneliti.

Mengajar, menulis, dan sesekali meneliti.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Refleksi Akhir Tahun: Mengapa Perekonomian Indonesia Kian Loyo?

31 Desember 2015   00:38 Diperbarui: 17 Oktober 2016   07:40 1306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seraya tertatih-tatih melakukan penetrasi di pasar global, produk-produk impor kian merangsek pasar lokal. Pertumbuhan nilai impor Indonesia selama periode 2009-2014 tertinggi setelah China. Berbeda dengan China dan India yang pertumbuhan impor yang tinggi diimbangi dengan pertumbuhan ekspor yang tinggi pula, pertumbuhan impor Indonesia dua kali lipat dari pertumbuhan ekspornya. Pertumbuhan pesat strata menengah di Indonesia menjadi sasaran empuk produk-produk impor.

Pelajaran yang bias dipetik dari peraga di bawah adalah negara-negara yang maju lebih pesat dari Indonesia ditandai oleh dominannya produk manufaktur dalam ekspor maupun impor mereka. Jadi, industrialisasi nyaris mutlak untuk memajukan kesejahteraan rakyat, karena dengan begitu bias meningkatkan porsi perdagangan intra-industri sebagai sumber tambahan dalam peningkatan kesejahteraan.

Sungguh sangat ironis perjalanan 70 tahun merdeka tetapi struktur ekspor masih seperti zaman kolonial.

Dalam satu dekade terakhir, ekspor kita bukannya semakin beragam, malahan impor yang semakin meriah. Peraga di bawah menunjukkan selama periode 2004-2014 impor semakin beragam, sedangkan ekspor justru sebaliknya.

Kita memiliki modal yang cukup untuk membalikkan kondisi ini. Kita pernah jauh lebih baik dari kondisi sekarang.

Di pengujung tahun ini, ada baiknya kita merenungi perjalanan bangsa yang sudah lumayan panjang, memetik hikmah dari keberhasilan maupun kegagalan, agar ke depan kita tidak mengulangi kesalahan yang sama, tidak jumud.

Kita harus berubah kalau tidak mau digilas oleh globalisasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun