Komitmen dan ambisi Indonesia dalam memanfaatkan EBT kemudian dipertegas oleh Presiden Prabowo Subianto dalam pidato perdananya sebagai Presiden ke 8 Republik Indonesia (20/10/24). Prabowo selaku pucuk pimpinan pemerintahan telah mendengungkan dengan penuh semangat nasionalisme terkait swasembada atau kemandirian energi nasional. Bahwasannya Indonesia ke depannya wajib mengupayakan diri untuk keluar dari ketergantungan energi.
Presiden Prabowo menegaskan bahwa Indonesia harus berani memanfaatkan EBT yang terkandung pada bumi Indonesia karena dengan kemandirian energi maka pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan rakyat akan meningkat. Komitmen dan ambisi pendiri sekaligus pemimpin tertinggi Partai Gerindra tersebut kemudian diperkuat oleh Utusan Khusus Presiden Republik Indonesia dalam Conference of the Parties (COP) 29, dengan tema "Enhancing Ambition on Renewable Energy" yang digelar di Baku, Azerbaijan, pada 11-24 November 2024.
Hashim Djojohadikusumo menyatakan di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto, Indonesia berkomitmen penuh mengurangi emisi karbon lewat transisi energi. Oleh sebab itu, pemerintah berupaya menyelaraskan sumber daya dan seluruh kebijakan ke dalam strategi transisi energi yang efektif dan efisien. Pada kesempatan yang sama Hashim juga menerangkan bahwa pada dasarnya bicara transisi energi tidak saja soal penggunaan energi hijau, tetapi sekaligus mendongkrak pertumbuhan ekonomi.
"Transisi energi bukan hanya tentang mengurangi emisi gas rumah kaca, tetapi juga tentang menyeimbangkan pertumbuhan dengan keberlanjutan lingkungan. Indonesia akan mencapai energi bersih, hijau, dan terjangkau, sambil mempercepat pertumbuhan ekonomi 8%." Bahkan, adik kandung Presiden Prabowo itu menegaskan bahwa hingga tahun 2040, Indonesia siap meningkatkan bauran EBT sebesar 75 gigawatt (GW) yang berasal dari pembangkit listrik hidro, geotermal, bioenergi, surya, dan angin.
Harta Karun Energi Bersih
Komitmen dan ambisi Indonesia di bawah rezim Prabowo dalam hal pemanfaatan energi bersih demi menunjang swasembada energi bukanlah utopia. Dikatakan demikian karena wilayah NKRI memang memiliki potensi energi bersih yang melimpah. Kementerian ESDM mencatat wilayah Indonesia memiliki potensi besar pada EBT.
Energi matahari (surya) memiliki potensi 3.295 Gigawatt dan hanya dimanfaatkan 270 MW saja. Energi air (hydro) memiliki potensi 95 GW dan baru dimanfaatkan sebesar 6.690,00 MW. Energi angin (bayu) dengan potensi sebesar 155 GW dan hanya 150 MW yang telah dimanfaatkan. Sementara itu, energi panas bumi (geothermal) memiliki potensi sebesar 24 MW yang mana baru mampu dimanfaatkan sekitar 9,8%.
Secara keseluruhan, potensi energi-energi bersih di wilayah Indonesia yang dimanfaatkan tidak sampai 1%. Perhatikan data dari Kementerian ESDM berikut:
Potensi EBT yang dikandung dalam bumi Indonesia menunjukkan bahwa Indonesia memang memiliki harta karun berlimpah untuk melakukan transisi energi. Sebagai sumber energi masa depan, EBT yang terdapat pada seluruh belahan bumi Indonesia patutlah dimanfaatkan secara baik dan maksimal. Kekayaan EBT kita tidak boleh hanya akan menjadi statistik kebanggaan nasional, melainkan berguna untuk menyalurkan energi bersih sekaligus menopang swasembada energi.
Nilai Guna Pemanfaatan Energi Bersih