Loh, mengapa membahayakan? Bukankah makan buah itu menyehatkan? Mungkin pertanyan-pertanyaan seperti ini melintas dibenak kita. Sekiranya tidak perlu saya jawab pemirsa budiman...saya yakin kita semua paham kalau makanan dan minuman bergizi sekalipun ada dosisnya. Makan durian sekali sehari mungkin saja masih menyehatkan, tetapi sepuluh kali sehari itu sudah kelebihan dosis.
Begitu pula dalam kaitannya dengan kasus Sambo. Tidak perlu menongok data bahwa puluhan kali dalam sehari selama 49 hari, publik mengkonsumsi pemberitaan tentang Sambo. Artinya, pusat perhatian dan perbincangan publik tanah air semuanya tertuju ke kasus Sambo.Â
Di warung kopi, rumah makan, jagat medsos hingga di ladang dan sawah; mendiskusikan Sambo. Pokoknya pusat perhatian warga se-Indonesia dalam kurun waktu 50 hari terpusat pada kasus Sambo.
Mengkonsumsi pemberitaan kasus Sambo dengan intensitas tinggi tentu saja tidak menyehatkan juga. Tidak menyehatkan bukan karena kasus Sambo mengandung racun, melainkan karena berpengaruh buruk terhadap peristiwa-peristiwa penting lainnya yang terjadi di negeri ini.Â
Akibat pemberitaan kasus Sambo yang setiap saat dihadirkan ke publik, kasus-kasus lain seperti pembunuhan sadis terhadap warga sipil yang terjadi di Timika-Papua; polisi pengguna narkoba; rektor yang korupsi; hingga cacar monyet, tidak terkuak ke publik.
Bukankah kasus Sambo melelahkan kita semua?
Menjadi Dilematis
Harus diakui bahwa publik cukup lelah dengan kasus Sambo yang terus menerus menghiasi layar tv kita. Apakah kita harus mengakhiri saja pemberitaan kasus Sambo? Apakah sudah cukup waktunya bagi publik untuk melupakan kasus Sambo, dan menyerahkan sepenuhnya ke kepolisian? Saya tidak akan mengatakan: akhiri saja pemberitaan kasus Sambo atau lupakan kasus Sambo.
Dengan berbagai pertimbangan dan argumen, saya hendak katakan bahwa kasus Sambo yang melelahkan ini menghadirkan dilema bagi kita semua. Mengapa demikian? ada beberapa pertimbangan dan argumen prihal dilema ini.
Seandainya media mengakhiri pemberitaan kasus Sambo dan publik melupakannya, maka berpengaruh postif pada dua hal, yakni: pertama, energi publik akan pulih kembali. Artinya, kelelahan publik terhadap pemberitaan kasus Sambo yang begitu intensif selama ini dapat diakhiri. Kedua, persoalan-persoalan lain sebagaimana telah disinggung akan kembali mendapat perhatian dari pihak terkait dan juga publik.
Namun demikian, di saat bersamaan pula ketika media mengakhiri pemberitaan kasus Sambo akan berpengaruh negatif pada dua hal, yakni: pertama, potensi rekayasa kasus. Jangan lupa bahwa Sambo memiliki "kerajaan" di tubuh Polri.Â