Â
hati ku ini hati yang paling rapuh..
jarak antara kebahagiaan dan luka sangat tipis, hingga aku membutuhkan uluran tangan yang akan sangat berhati-hati dalam menggenggamku kelak
hidup ku sudah ku atur sedemikian rupa dan permainan pokerface adalah hal yang lumrah yang keluar secara alami tanpa usaha yang keras..
lalu cinta seperti apa yang akan mampu membaca raut wajah yang penuh tipu daya?
jaminan apa bahwa ekspresi wajah akan selalu terbaca ketika aku sendiri berusaha menyembunyikannya?
bagaimana seseorang akan mengerti ketika aku sendiri tidak menjelaskan atau bahkan menghalanginya dari  "mengerti"?
tapi.. aku tetap ingin dimengerti dalam waktu dan keadaan apapun.
dan karena semua itu tidak pasti,
aku tidak berani.
tidak untuk datang